Waktu seperti membunuhku saat ini. Dia membuatku sesak nafas. Dia menguras habis tenaga dan isi kantongku. Semuanya tampak menjadi sangat berantakan sekali di hadapanku. Perjalanan menjadi terlihat tak ada maknanya ketika sudah bersigungan dengan waktu. Lantas apakah sekarang aku sudah boleh menyalahkan seseorang? Kenapa pula kambing hitam nampak jelas di depan mataku. Tuhan, kali ini aku merasa sudah benar-benar muak. Aku tak bisa meredamnya sama sekali. Rencana, rencana dan rencana. Lebih baik, lebih cepat, lebih efektif. Bukan tergantung pada jarak. Tetapi manusia. Menyedihkan. Saat aku tahu bahwa aku mulai membenvi seseorang dengan alasan sederhana. Waktu.
Kamis, 20 Agustus 2015
Selasa, 04 Agustus 2015
Terimakasih Pak SBY
Kepada,
Mantan Presiden RI
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono
Saya menuliskan ini bukan karena saya pendukung partai Demokrat ataupun bagian dari kader partai tersebut. Ini hanyalah sebagai bentuk ucapan terimakasih saya sebagai warga negara Republik ini yang merasa beruntung atas pertolongan yang telah beliau berikan. Sesederhana itu.
Ini adalah sebuah surat terbuka dari saya, seorang warga negara Indonesia berusia dua puluh tiga tahun. Maaf jika sepertinya surat ini sedikit terlambat Pak. Saya baru terpikirkan menulis surat untuk Bapak yang telah lengser di pagi hari tadi saat perjalanan menuju Dokter mata di kota Kabupaten (sekedar informasi saja, saya ini tinggal di sebuah kampung pinggiran bernama Nagarapageuh yang jika ingin pergi menemui dokter spesialis harus pergi ke kota kabupaten berjarak 70 km).
Fakta bahwa saya tinggal di kampung bukanlah hal yang ingin saya ceritakan di surat ini Pak.
Jadi mari kita langsung saja,
Saya secara pribadi ingin sekali mengucapkan terimakasih saya kepada Bapak yang telah memberikan Negeri ini sebuah sumbangsih besar. Meskipun ada yang mencela kinerja Bapak selama satu dekade tersebut, saya tetap menghormati dan berterimakasih kepada Bapak. "Karena apa?"
Karena Bapak telah membuat sebuah keputusan besar. Memberi kemudahan untuk anak-anak yang ingin sekolah. Mungkin ada yang menyadari mungkin juga tidak. Sebuah program yang Bapak buat untuk pendidikan di Negeri ini, yang saya kenal dengan BOS (Bantuan Operasional Sekolah) telah membuat saya merasa harus berterimakasih kepada Bapak secara pribadi.
Saya memang tidak lama menerima bantuan BOS tersebut. Karena di tahun ketiga Bapak menjabat sebagai Presiden, saya sudah masuk ke sekolah menengah atas. Tapi tetap saja itu tak membuat rasa terimakasih saya untuk Bapak berkurang.
Dulu sekali Pak, ketika saya masih duduk di SD saya setiap tahunnya selalu mendapat titipan surat undangan rapat dari sekolah untuk orang tua saya. Dalam rapat tersebut komite sekolsh dan psrs orang tua akan berembug mengenai biya sekolah selama setahun yang terdiri dari pembayaran gaji guru honorer, pembayaran gaji penjaga sekolah, biaya perawatan gedung sekolah, biaya untuk perlengkapan penunjang pembelajaran dan sebagainya. Sayas selalu senang saat menerima surat itu pak, karena itu berarti sekolah libur. Tak ada yang lebih menggembirakan selain libur sekolah, waktu itu.
Tapi tidak demikian dengan orang tua saya. Mereka tidak bahagia atas surat itu, karena itu berarti mereka harus segera mencari nafkah lebih keras untuk saya bisa sekolah. Ayah saya hanya seorang buruh serabutan dengan penghasilan tidak menentu. Tak ada kepastian upah dan jam kerja. Jika hari ini bisa bekerja, belum tentu besok ada yang menyuruhnya lagi. Dia kesulitan untuk membayar uang sekolah yang ketika itu hanya sekitar dua ratus ribu rupiah per tahunnya.
Tidak banyak yang mampu saya ingat pak, tapi tentang satu itu saya ingat. Sekolah itu mahal. Saya ingat hal itu dengan baik. Bagaimana ayah dan ibu saya diam diam mengeluhkan tentang sulitnya mencari uang untuk membayar biaya sekoalah saya dan kakak saya yang berbarengan duduk di sekoalah dasar kelas enam dan kelas tiga sekolah menengah pertama.
Surat ini sepertinya mulai bertele-tele Pak. Mohon maafkan saya yang terlalu ingin banyak bercerita. Saya sangat bersyukur karena saya bisa melihat ayah saya tidak menghawatirkan lagi biaya sekolah adik saya yang saat ini ada di sekolah dasar. Saya bahagia, setidaknya adik saya sekarang ini bisa berganti tas dan sepatu sekolah di setiap tahunnya. Saya bahagia, karena mereka tak harus merasakan yang pernah saya alami dulu,menahan diri meminta sepatu baru meskipun sepatu tersebut sudah tak layak pakai. Karena uang hanya cukup untuk SPP.
Sekali lagi Pak, terimakasih untuk kebijakan yang masih ada dan dipertahankan meski Bapak sudah tak lagi menjadi Presiden. BUat banyak orang yang punya penghasilaan sedikit dan tak menentu, sekolah gratis adalah hadiah yang selalau dinantikan. Karena tidak ada yang lebih penting dari pendidikan. Semoga Bapak setuju untuk yang satu itu.
Saya berharap Bapak surat ini bisa sampai dan dibacak oleh Bapak.
Terimakasih karena telah bersedia jadi presiden dan untuk kebijakannya.
Saya tak peduli lagi program Bapak di bidang lainnya sukses atau tidak.
Untuk saya, pendidikan itu yang utama. Terimakasih telah mengutamakannya di masa pemerrintahan Bapak.
Hormat saya,
Nuraeni
PS: Saya menuliskan surat ini dengan mata berkaca-kaca. Saya tidak berbohong. Dan saya menulis surat ini setelah saya mendengar dokter spesialis mata yang saya kunjungi sebelumnya merekomendasikan saya untuk pergi ke Rumah Sakit Mata Cicendo di Bandung. Itu kabar buruk. Lima kali kontrol dan tidak ada perubahan. Dan saya belum tahu pasti apakah harus dioperasi atau tidak. Jadi mohon dimaklumi jika ada banyak typo di surat ini,
Senin, 06 April 2015
Pertanda Hujan
Awan gelap bergerak beriringqn memenuhi langit saat matahari kembali ke peraduan. Gelap dan pekat namapak sempurna di hadapanku. Tak ada bintang juga bulan sabit di tanggal tiga puluh ini. Semua bersembunyi, bersepakat meredupkan cahayanya.
"Ini pertanda buruk ". ujarku
"Tak lama lagi pasti turun hujan."
"Bukan!. "Seseorang menyelaku.
"Ini pertanda baik. Hujan di bulan Juni adalah pertanda hadirnya keberuntunga."
Aku menganggukan kepala. Enggan mencari argumen. Buatku, hujan tak lebih dari penjaga kesedihan. Teman dari nyeri yang tak kunjung terobati.
Kamis, 26 Maret 2015
Kutunggu Jawabmu Di Kotak Surat
Seseorang yang merindu pastilah dia yang sering bertemu
Seseorang yang menyayangi pastilah dia yang saling memiliki Seseorang yang mencinta pastilah dia yang bersama
Lalu tuanku,
Sah-kah jika aku merindumu tanpa pernah bertemu?
Sahk-kah jika aku menyangmu tanpa pernah memilikimu?
Lalu terakhit, sah-kah jika aku mencintaimu meski tak pernah bersama?
Tuanku, Aku menunggu jawab darimu.
Tidak sekarang,karena sekarang hari sudahlah malam
Kau tulis saja jawabmu pada sebuah kertas lalu kemudian kau taruhlah di kotak surat esok pagi-pagi sekali.
Biarlah sekarang aku beristirahat dahulu.
Biarkan gelap memeluku dan menyamarka semua ketidakwarasanku.
Senin, 23 Maret 2015
Aku Percaya Lalu Kemudian
Aku percaya semua akan baik-baik saja
Lalu kemudian masalah hadir dan aku kewalahn menyingkirkannya
Aku percaya bahwa selalu ada jalan keluar. Lalu kemudian ketika aku sudah berjalan sangat jauh aku menemui jalan buntu
Aku percaya bahwa hidup berputar seumpama roda. Lalu kemudian aku menyadari bagaimana roda itu berputar jika pedal sudah rusak
Aku percaya bahwa hari esok selalu memberi harapan langit cerah Lalu kemudian kulihat langit malam tak berbintang dan itu pertanda hujan
Aku menemukan tujuanku dan berlari sekuat tenaga. Lalu kemudian satu kerikil membuatku jatuh tersungkur
Aku menyerah karena nyeri. Lalu kemudian datang pertolongan yang membantuku berdiri dan berjalan tertatih
Aku menemukan cara mewujurkan asa. Lalu kemudian keterbatasan datang silih berganti
Aku percaya lalu kemudian aku berhenti percaya lalu kemudian percaya lagi lalu kemudian berhenti lagi
Banyak dari sekelilingku berkata 'Bersabarlah'
Sepertinya mereka sedang lupa
Bersabar itu bukanlah perkara mudah dan sederhana
Sabtu, 21 Maret 2015
Kebodohanku Adalah Menunggumu
Hal paling sulit adalah melupakannu
Hal paling mudah tak lain adalah merindukanmu
Dan apa yang lebih menyedihkan dari jatuh cinta diam-diam?
Setiap detik aku tenggelam dalam rindu sendirian
Ada banyak waktu yang kuhabiskan untuk memikirkan tentangmu
Ada banyak kosakata cinta yang kukumpulkab karenamu
Aku dalam sekian banyak waktu menunggu kau di banyak persimpangan
Senantiasa berharap di satu waktu kau kemudian datang dan mengetuk pintu hatiku
Aku menyimpan harapan itu dalam waktu yang tak sedikit
Sementara aku menunggu,
Kau datang ke banyak pintu dan merindu ke banyak hati
Itu ironis bukan?
Aku terus menunggu untuk satu uluran tangan di banyak senja
Kau terus berkeliling tapi sayang tak pernah sampai di hadapanku
Setelah malam berlalu dan fajar muncul aku baru tersadar
Betapa bodohnya aku yang terus menunggumu
Seseorang yang mustahil menghampiriku
Persetan dengan orang yang mengatakan ''everything is posible'
Itu tak berlaku untuk perasaan
Kau tidak akan pernah bisa sampai di hadapanku
Karena persimpangan tempatku menunggu tak pernah kau lalui.
Kamis, 19 Maret 2015
Aku Berhenti Mengabaikanmu
Tuhan sedang mengujiku lagi
Kali ini aku tak ingin bertanya mengapa
Biarlah jawaban menemuiku satu saat nanti
Tanpa pertu ada pertanyaan sebelumnya
Aku tidak akan mengeluhkan apapun untuk saat ini
Aku menerimanya.
Seperti seorang nelayan yang mematikan mesin perahu saat gelombang datang
Aku pun akan bersikap demikian.
Biar kuikuti gelombangnya
Tanpa pertanyaan dan tanpa penolakan.
Owh..Dear
Aku berhenti mengabaikaanmu sekarang
Pengabaianku selama ini tak membuahkan hasil
Semuanya semakin menjadi-jadi
Terlalu banyak masalah yang kuhadapi saat mengabaiakanmu.
Itulah sebab mengapa aku harus berhenti
Mungkin memang aku harus lebih peka
Aku akan berusaha untuk mengembalikan semuanya seperti semula
Meskipun itu tak akan mudah.
Bagaiaman mungkin bisa terlihat murah,
Jika karenamu aku harus melepaskan hal yang kusukai
Berkutat dengan pena dan kertas.
Aku akan bersabar menunggu takdir yang akan membuat semuanya kembali menjadi baik-baik saja
Seperi di tiga ratus lima puluh lima hari yang lalu.
Aku berhenti mengabaiakanmu.
Kutegaskan itu sekali lagi.
*Kutulis untuk satu yang sangat berharaga. Satu dari sekian nikmat Tuhan yang membawaku menjelajah semesta.
Selasa, 17 Maret 2015
Berbahagia
Semuanya sedang tidak baik-baik saja Ibu.
Hari ini
Sama halnya seperti langit yang tak bisa kubaca
Pun demikian dengan hariku
Baik di awal tak melulu menjadi baik pula sampai akhir
Langit hari ini Ibu,
Terik di pagi lalu kemudian gerimis di sorenya
Pun dengan aku
Mungkin memang hari yang sempurna itu tak pernah ada
Yang ada hanyalah hari bahagia dan sebaliknya
Tapi ibu,
Kemarin hari aku sudah berjanji pada diriku sendiri
Apapun yang terjadi di hari ini
Entah itu baik atau sebaliknya
Aku akan tetap menerimanya
Bahkan aku akan tetap tersenyum.
Ya. Aku akan tetap tersenyum.
Tak peduli apakah aku merasa tersakiti. Atau hatiku sedang berkeluh kesah.
Aku akan tetap tersenyum.
Tak ada nada ketus yang akan terucap saat jenuh melanda.
Yang ada adalah jawaban yang di buat panjang
Setidaknya dengan begitu aku tidak perlu menggerutu di kemudiannya.
Ibu, terhitung kemarin hari
Aku sudah bertekad untuk terus bernahagia.
Tak akan lagi kurisaukan hari esok yang belum tentu akan seperti apa.
Ibu, terhitung hari kemarin aku sudah tak lagi ingin mempercayai khayalan
Yang tak pernah jujur.
Aku hanya ingin berbahgai bersama waktu 'sekarang'
Aku berbahagia untuk diriku sendiri
Ibu, aku sudah berhenti berbahagia larena apa atau siapa
Aku lelah mengatakan
''Aku bahagia jika kalian bahagia"
''Aku berhenti menjadikan kalian sebagai tujuanku'"
Sungguh.
Terhirung hari itu Ibu
Aku hanya punya satu tujuan
Membuat diriku sendiri tersenyum dan berbahagia
Tak peduli apakah aku sedang merasa sakit entah itu fisik maupun hati
Aku ingin tetap tersenyum bersama tawa dan tangisku
Tak peduli apakah ada yang memujiku atau mencelaku.
Aku akan tetap bahagia bersama pujian dan makian.
Tak peduli apakah sekelilingku mengasihaniaku atau peduli padaku.
Aku akan berbahagia bersama simpati dan rasa iba.
Ibu,
Aku akan terus tersenyum dan berbaahagia Bukan karena apa atau siapa.
Rabu, 04 Maret 2015
Waktu Seolah Berhenti Detik Itu
Selasa, 03 Maret 2015
Surat Untuk Tuan (Mr.Plesir)

Kenyataan yang ada di hadapanmu tak sesuia harapanmu. Dari awal kau sudah menargetkan 25 orang untuk Trip yang kau buat kali ini. Tapi ternyata, sehari sebelum keberangkatan kau hanya bisa menggerakan hati delapan orang saja. Harusnya sepuluh bukan, hnaya saja satu dari dua orang itu mengalami insiden kecelakaan, dan kemudian dia dan temannya membatalkan rencananya pergi bersama denganmu di detik-detik terakhir. Jika yang kau harapkan 25 orang lalu kemudian yang datang hanya 8 orang, itu berarti kau kehilangan 60 persen. Angka yang tidak sedikit. Kau kecewa, aku melihatnya sangat jelas di raut wajahmu hari itu. Aku bisa menghitung-hitung sendiri berapa besaran rupiah yang harus kau lepaskan saat kenyataan tak sesuai harapanmu hari itu.
(Untuk urusan rupiah, aku selalu cepat menyimpulkan)
Tap hei.. Arai
Selalu ada maksud Tuhan yang tak pernah bisa dimengerti oleh kita di awal kisah.Tak semua hal bisa kita mengerti di dunia ini. Bahkan untuk hal remeh temeh macam 'mengapa Tuhan menciptakan kecoak' di dunia ini.
Kalem saja, dan kisah akan berakhir bahagia. Seperti semua kisah yang kita dengar lewat sebuah dongeng pengantar tidur.
Kau, telah ckup lama bergelut didunia ini, jadi pasti kau paham dengan pasti apa yang akan kau temui dalam perjalanannya.Manis dan pahitnya, tentu sudah kau cecap berkali-kali. Sampai-sampai kau mungkin sudah kebas. Tak mengenali lagi apa bedanya rasa manis dan pahit di lidahmu. Semuanya menjadi tampak samar. Abu-abu.
Hei Temqan, pernahhkah kau mendengar atau membaca kalimat ini,
'Ketika satu pintu tertutup, maka pintu yang lainnya akan segera terbuka.'
Ketika kebahagiaan kecil tak bisa kau dapatkan dengan segera, mungkin kau harus sedikit bersabar. Siapa tahu, tahu siapa. Tuhan sedang mengumpulkannya untuk kemudian diberikn padamu di kemudian hari. Tuhan itu Maha Romantis, percaya atau tidak.
Omong-omong, aku menemukan blogmu di bulan Januari lalu. Di akhir bulan Januari lebih tepatnya.Aku menemukan kalian (karena blog ini dikelola lebih dari satu orang) disaat aku sedang mencari bahan untuk menulis sebuah artikel perjalanan wisata di sebuah blog. www.pegipegi.com . Itu nama blognya. Dan temanya kali itu adalah Ecotourism. Aku sedang mencari informasi tentang penambang belerang kawah Ijen, dan disitulah pertama kali aku menemukan tentang Trip yang kalian buat di awal bulan Maret ini. Sampai hari ini, pengumuman pemenangnya belum dikeluarkan, katanya lusa tanggal 5 baru akan diumumkan. Aku sendiri, tak terlalu berharap banyak keluar sebagai pemenangnya.
(da aku mah apa atuh?)
Aku selalu mempercayai satu hal Arai, Tidak ada yang namanya 'KEBETULAN' di muka bumi ini.Kata seseorang yang kukagumi karya tulisnya, 'bahkan sehelai daun kering pun sudah Tuhan atur kapan waktunya dia harus jatuh ke permukaan tanah'. Jika hal sesederhana itu saja Tuhan atur, apalagi dengan pertemuan banyak manusia. Aku tidak tahu pasti, apa yang Tuhan telah siapkan dengan mempertemukan kami (Rombonganmu hari itu) dengan kau. Tapi sekali lagi, percayalah bahwa itu baik.
Untukku sendiri, pertemuan dengan kalian (kau dan rombongan) sudah jelas maksud dan tujuannya. Aku sudah merasakannya hari ini. Apa itu?
Sederhana saja. Sebuah cerita.
"Yupsi!!".
Aku punya banyak cerita yang bisa kutuliskan dengan segera setelah perjalanan seharian itu. Ada banyak kataku, tidak hanya satu,
PS: Omong-omong, aku ini sedang berusaha menjadi penulis, jadi maklumi saja jika terlalu banyak kalimat yang ditulis terlalu berlebihan. Atu bahkan, postoingan ini sendiripun mungkin akan sangat berlebihan dimatamu.
Episode Trip Tiga Pulau (Bag 1)
Ada banyak pengalaman yang pertama lainnya, trip bareng www.misterplesir.com , menghirup udara kampung nelayan, mencium aroma ikan yang sudah berbaur dengan tumpukan limbah rumah tangga, melihat kesibukan nelayan pagi hari.
Pulau Onrust..
Sabtu, 28 Februari 2015
Terimakasih Kalian
Teruntuk siapapun,
Tiga puluh hari akan segera selesai. Rasanya, baru saja kemaein aku bergabung dengan para penulis keren di dunia maya ini. Project ini, memberikanku pelajaran yang teramat berharga. Aku, belajar untuk tetap menulis setiap harinya. Meskipun memang, yang kutulis bukan hal-hal yang kemudian menjadi layak untuk dibaca. Terlalu banyak 'sampah' di surat-suratku.
Dan di tuga puluh hari ini, aku mendapat kesadaran sepenuhnya. Bahwa aku bukanlah apa-apa di bandingkan yang lainnya. Ada banyak bertebaran penulis dengan kalimat-kalomat indah.
Terimakasih, untuk kalian. Siapapun. Yang sudi untuk sekedar melongok kedalam isi rumahku. Blog ini. Terimakasih banyak. Aku tak tahu lagi bagaiman caranya mengungkapkan kesenanganku atas kebaikan kalian semua.
Sekali lagi, terimakasih banyak. Semoga Tuhan memberiku izin bertemu kalian semua di tahun mendatanh. Entah itu di dunia maya ataupun nyata.
Salam,
Jumat, 27 Februari 2015
Surat Terakhir
Kepada Edia
Sore ini, aku akan menulis surat terakhir untukmu,
Aku tidak akan menyebutnya surat perpisahan, karena hanya aku saja yang memulainya. Sebuah akhiran tanpa awalan. Aku menyebutnya demikian.
Hari ini, aku benar-benar akan melepaskan semua ingatan tentangmi. Aku tak ingin lagi berharap banyak darimu dan waktu.
Aku, tidak bisa menulis terlalu banyak sore ini. Aku sedang sangat kelelahan. Lelah sekali.
Tahukah kau Edia, aku mengawali surat untukmu karena sebuah bukul dari Raditya Dika. Lalu kemudian, surat terakhir ini, pun karena buku Raditya Dika juga. Karyanya, menyadarkanku di waktu yang berbeda. Hari pertama dan hari ini. Jika dulu, aku menulis surat untukmu terinspirasi dari bukinya yang berjudul 'Marmut Merah Jambu', maka kali ini buku terbarunya yang membantuku menulis surat ini. Koala Kumal. Di bab terakhir, Raditya Dika menceritakan tentang seekor Koala yang mendapati rumahnya telah berbeda dari yang diaa kenali sebelumnya. Entah kenapa, aku juga menjadi merasa seperti Koala itu. Aku sudah tak mengenali lagi Kau. Kau mungkin orang yang sama, tapi sepertinya berbeda dari yang kutahu dulu.
Sepertinya itu saja yang ingin kuungkapkan padamu di hari ini. Entah kau akan membacanya atau tidak. Aku sudah tak peduli lagi sama sekali. Semuanya sudah selesai, meskipun aku tahu hanya aku yang mengawalinya.
Salam,
Teman berseragam merah putih
Kamis, 26 Februari 2015
Aku Menyukai Surat-Suratmu Tuan
Kepada Empunya blog ini
http://barisankatapinjaman.blogspot.com
@zulkipeputra
Aku, menyukai barisan aksara yang kau tuangkan dalam setiap suratmu. Ada begitu banyak kalimat yang ketika aku membacanya aku akan berkata pada diriku sebdiri,
'Ah, sialan. Kenapa aku tidak bisa menuliskan kalimat-kalimat yang seperti ini? '
Hei, aku sendiri selalu bersusah payah mencari-cari kalimat yang indah untuk dituliskan.Tapi sayangnya, aku tak pernah berhasil. Aku, kesulitan mencari kata yang tepat untuk menyimpan maksud yang ingin kusampaikan lewat tulisanku. Dan kau Tuan, kau sangat pandai menyembunyikan maksud tulisanmu. Aku sendiri sampai-sampai harus berimajinasi tentang apa yang mungkin sebenarnya ingin kau samapaikan melalui surat-suratmu.
Dari semua suratmu yang paling kusukau adalah surat yang ini i
http://barisankatapinjaman.blogspot.com/2015/02/untuk-jiwa-yang-disembunyikan-masa.html?m=1
Tuan, siapapun yang kau kirimi surat pastilah akan punya banyak pertanyaan seperti yang kurasakan ketika membacanya. Atau mungkin, karena aku terlalu bodoh, aku menjadi tidak bisa memahami suratmu tanpa harus nengerutkan keningku.
Tuan, aku rasa kau seorang penulis. Kau mungkin pernah menulis sebuah novel yang sudah diterbitkan. Jika belum, menulislah. Dan aku, akan dengan senang hati membaca karyamu.
Terimakasih, karena telah menuliskan sebuah surat yang indah Tuan,
Salam,
Daribseirang pembaca suratmu di 30 menit yang lalu.
Rabu, 25 Februari 2015
Kemarin
Hari Ke-27
Selamat senja,
Kemarin, di hari hari yang telah lalu sebelum surat pertama kutulis aku sering membayangkanmu diam-diam sebelum tidur. Aku, mengarang sendiri kemungkinan-kemungkinan pertemuan kau dan aku. Kita. Saat-saat itu, kau menjadi cerita pengantar dari aku untuk aku. Cerita yang kubuat lalu kemudian kubacakan untuk diriku sendiri. Itu, jauh-jauh hari sebelum surat pertama. Dan saat aku mulai bisa menghubungimu di dunia maya, aku sedikit mempunyai harapan yang jauh. Saking jauhnya, aku sendiri sampai-sampai bingung apakah benar yang telah kulakukan itu.
Hari ini, sudah tanggal 25, itu berarti aku akan menulis dua sueat lagi untukmu. Dua surat itu, akan menjadi surat pelepasan ingatan akanmi. Aku menyadarinya sekarang. Kau, tidak membuatku yakin kalau perasaanku itu adalah hal yang tidak sia-sia.
Salam,
Teman berseragam merah putih
Selasa, 24 Februari 2015
Mendengarkan
Hari Ke-26
Selamat sore Edia,
Sejujurnya aku tidak tahu harus menuliskan apalagi untukmu hari ini. Aku sudah terlanjur membuat komitmen pada diriku sendiri untuk menuliskan satu surat perhari untukmu di akhir-akhir project ini. Sebuah komitmen gila dari aku yang bodoh. Entah cerita apa lagi yang harus kusampaikan padamu.
Mungkin aku hanya akan menuliskan surat dengan singkat saja. Aku, adalah pendengar yang baik. Jika suatu hari nanti kau merasa sedang membutuhkan seseorang untuk berdiskusi, kau bisa menghubungiku. Untukmu, aku akan sediakan waktu. Tak perlu sungkan, aku punya banyak waktu luang, tidak hanya untukmu. Untuk siapapun, bahkan yang tak kengenalku dengan akrab sekalipun. Aku selalu menyediakan waktu untuk menjadi pendengar yang baik.
Salam,
Teman berseragam merah putih
Senin, 23 Februari 2015
Hujan
Hari ke-25
Selamat sore Edia,
Bagaimana harimu?
Langit di atasku sekarang tak hanya kelabu. Dia menurunkan banyak air saat ini. Terlalu banyak, hingga membuatku muak. Senja yang kutunggu sedari pagi tak nampak, terhalangi butiran-butiran air yang turun.
Omong-omong, sore ini aku mengingat satu kalimat yang yang kau tuliskan di hari yang lalu.
'Tetkadang hidup, tak selalu sejalan dengan yang kita inginkan'.
Aku, mendengar kalimat itu ribuan kali sebelumnya. Tapi tetap saja aku merasa sedikit terkejut saat kalimat itu kau yang mengungkapkannya. Aku selalu berpikir, kalau kau selalu dapat apa yang kau mau. Kehidupan yang kau jalani benar-benar seperti yang selalu kau inginkan. Dulu, aku mengira bahwa kau punya banyak hal yang memungkinkanmu menggapai semua impianmu. Tapi ternyata, aku menyadari. Ekspektasiku tentangmu terlalu berlebihan. Mungkin saja kau juga punya keluhan yang sama sepertiku selama ini. Hanya saja aku tak pernah mengetahui dan tak pernah mencoba mencari tahu.
Menyoal hidup yang terkadang tak sesuai harapan, aku menyadari bahwa mungkin harapanku untuk bersamamu tak bisa sejalan dengan rencana yang digariskan Tuhan.
Tapi, apapun yang terjadi, kuharap kita berdua sama-sama mengerti jika pada akhirnya semua cerita akan punya ending 'happily ever after'.
Salam
Teman berseragam merah putih
Minggu, 22 Februari 2015
Waktu
Hari ke -24
Selamat siang Edia
Langit di tempatku saat ini bukan hanya cerah, mataharinya sangat terik. Sejujurnya, aku tak menyukai matahari di jam seperti sekarang, dia tampak terlalu kuat, tak tertandingi. Matahari yang sangat terik dan hujan yang turun adalah dua hal yang selalu membuatku enggan berpergian.
Bagaimana denganmu?
Langit seperti apa yang kau sukai?
Malam kemarin, sepulang perjalanan bersama teman ke acara Book Signing 'Koala Kumal ' Raditya Dika, aku menyadari satu hal. Kebiasaanku mengabaikan waktu. Seringnya, aku datang terlambat dari waktu yang dijadwalkan. Kecuali hari itu, aku datang lebih awal. Dan saat aku mempersiapkan waktu lebih baik, semesta memberiku banyak kemudahn berjumpa dengan kesempatan. Dan yang kudapatkan hari itu, kebahagiaan yang sempurna.
Lalu apa hubungannya dengan cerita tentang kau dan aku?
Sederhana. Sebuah kesimpulan yang kudapat. Aku, tidak akan bisa mendapatkan kebahgiaan mencintaimu. Karena, aku menghampirimu di waktu yang amat sangat terlambat. Kita, tidak bisa menjadi satu hanya karena satu kata bernama 'cinta'. Kita, bisa bersatu hanya jika waktu yang membuatnya. Dan kali ini, aku harus menerima kenyataan, bahwa waktu yang kita miliki tenyata terpaut sangat jauh. Jauh sekali. Aku melihatmu yang dahulu kukenal. Dan kau, tak mengenaliku yang sekarang. Waktu yang kita miliki tak sama, itu sebabnya perjalanan kitapun tak mungkin sama. Tujuan, jelas berbeda.
Salam,
Teman berseragam merah putih
Sabtu, 21 Februari 2015
Menunggu
Hari ke -23
(Aku menuliskannya untuk melawan penyakit lupaku. Angka itu tak menunjukan apapun buatmu Edia)
Omong-omong, aku menulis ini di waktu jeda dan sedang menunggu seorang teman untuk sebuah perjalanan. Aku takut, nanti tidak punya waktu untuk menulis surat ini.
Apa kabar pagimu hari ini?
Pagiku, menyenangkan omong-omong. Aku melihat langit yang terang hari ini. Matahari sedang berbaik hati pada kota ini, setelah hujan turun di hari-hari yang lalu. Kuharap kau juga menyukai pagi ini. Walaupun sebenarnya aku tidak tahu persis, apakah matahari muncul di tempat kau berada sekarang atau tidak.
Edia, menyoal tentang jeda, aku biasa menyebutnya dengan waktu menunggu. Aku telah melewati waktu yang tak sedikit untuk sekedar membuat kesempatan bertemu denganmu. Sekarangpun, aku sedang dalam keadaan menunggu untuk bertemu denganmu.
Aku, ingin melihat penolakan diriku sendiri atasmu Aku ingin menemui kau yang sudah berbeda dan merasakan kehilangan pesona di mataku atasmi.
Kenapa demikian?
Itu untuk memudahkanku melepaskanmu. Aku berharap saat bejumpa nanti kau mencetitakan tentang seorang wanita yang sedang atau sudah menarik perhatianmu. Aki ingin sekali mengetahui, apa yang kurasakan setelah mendengar cerita itu.
Sampai berjumpa nanti.
Di waktu luang yang kau sebutkan.
Salam,
Teman berseragam merah putih
Jumat, 20 Februari 2015
Selamat Untuk Kemarinmu
Hai Edia, aku punya surat lagi untukmu. Besok dan lusa juga aku akan menulis surat untukmu. Aku akan menuliskannya sampai tanggal 27 bulan ini. Itu berarti tujuh hari lagi. Setelah ini, akan ada tujuh surat lagi untukmu. Semoga tidak ada yang bosan dengan surat-suratku untukmu ya.
Kemarin hari, adalah hari ulang tahunmu.
Maaf jika aku tak bisa menuliskan surat untukmu di hari itu.
Ada yang lebih penting dari menulis untukmu. Adakah?
Tentu saja, ada. Kau tidak selalu jadi pilhan pertama.
Karena sesunguhnya kau adalah pilihan terakhirku,
Ya, sejujurnya saat aku menulis surat yang ditujukan untukmu itu adalah pilihan terakhir yang kupunya. Setelah melewati pertimbangan-pertimbangan tentunya.
Menulis untukmu, tentulah perlu alasan yang sangat tepat.
Selamat ulang tahun Edia,
Selamat bertambah dewasa,
Selamat menjemput pagi yang baru untukmu.
(omong-omong, aku sudah berbaik hati berbasa-basi di messenger kemarin pagi.)
Bagaiman pekerjaanmu hari ini?
Menyenangkan atau biasa saja, atau bahkan menyebalkan?
Semoga semuanya berjalan baik-baik saja ya,
Oh iya, tentang pekerjaanmu di proyek pembangunan milik BUMN itu mengingatkanku pada sebuah novel favoritku. Kau boleh membacanya nanti jika kau mau. Judulnya Rembulan Tenggelam Diwajahmu. Penulisnya Tere Liye. Aku menyukai penulis yang satu ini, ada dua belas buku karangannya beliau yang sudah kubaca, Dan novel yang ini amt spesial. Dari novel ini, aku belajar hidup kembali. Belajar untuk bangkit dari kepasrahan menghadapi nasib yang begitu-begitu saja.
Dalam novel ini, tokoh utamannya adalah seorang laki-laki yang pekerjaannya berkaitan dengan proyek-proyek seperti yang sedang kau kerjakan saat ini.
Tapi, tentu saja dia punya kisah yang berbeda dengan kau. Akupun tidak tahu persis apakah memang yang kau kerjakan persis seperti yang Rai lakukan ( Rai nama tokoh utama novel ini). Yang aku tahu, Kau dan Rai dihubungkan oleh satu hal. Pekerjaan yang berhubungna dengan pasir, sak semen, batu bata dan teman-temannya.
Jika ada waktu, kau harus membaca novel ini. Aku bisa menjamin, kau akan menemukan sudut pandang yang baru menyoal takdir dan hidup setelah membaca novel ini.
Kurasa, sudah cukup suratku hari ini Edia. Aku harus menyimapan yang lainnya untuk esok hari.
Salam,
Dari teman berseragam merah-putih.
Kamis, 19 Februari 2015
Surat Balasan
Untuk Bosse,
Di dunia maya,
Dia awal surat ini, aku terpaksa mengungkapkan kekecewaanku sendiri. Bosse, aku tidak bisa memenuhi undangan gathering di tanggal 1 Maret nanti. Aku, sudah membuat jadwal untuk trip di tanggal tersebut jauh sebelum bergabung dengan priject ini.
Jika saja, aku bisa membagi raga ini untuk datang di gathering dan di trip tersebut, pasti akan menyenangkan. Tapi itu tidaklah mungkin.
Pastinya, akan menyenangkan jika saja aku bisa datang dan bertemu dengan para tukang pos yang baik hati.
Akan menyenangkan juga jika bertemu dengan para penulis surat yang konsisten di 30 hari tersebut. Berbagi cerita tentang banyak cinta dan beragam rindu. Tak ada yang lebih menyenangkan dari mengobrol panjang lebar tentang cinta. Bukankah begitu Bosse.
Lusa, tahun depan jika Tuhan masih mempercayaiku untuk tetap bernafas aku pastinya akan mengosongkan jadwal di bulan Maret untuk acara gathering. Jika, project ini terus berlanjut di tahun depan tentunya.
Dan terakhir, aku ingin berterimakasih untuk semua yang terlibat dalam project ini. Entah itu tukang pos, Bosse , dan para penulis surat serta pembaca surat itu sendiri. Dari kalian, aku belajar banyak tentang sebuah tanggung jawab menjaga konsistensi. Terimakasih, karena kalian telah membuat saya selalu ingin menulis surat. Dan mohon maaf, karena jujur saja aku jarang berkunjung ke blog yang lain dan membaca surat-surat kalian. Aku kesulitan saat harus membaca aksara yang terlalu kecil melalui layar telepon genggam. (omong-omong mataku ini didiagnosa terkena katarak, akan cepat sekali lelah jika terlalu banyak membaca aksara yang terlalu kecil)
Semoga acarnya nanti berlangsung dengan meriah, selamat berkumpul para penulis cinta,
Dari penulis surat baru,
Rabu, 18 Februari 2015
Menunggumu Berbasa-basi
Selamat sore, Edia
Sejujurnya saja, kemarin hari aku menunggumu menuliskan sebuah kalimat basa-basi di dinding Facebook atau di massanger-ku. Aku pikir, sebagai orang yang pernah mengenalku, kau bisa sedikit beramah tamah di hari pertambahan usiaku. Mengirimkan satu dua kata ucapan selamat seperti segelintir temanku.
Sayangnya, hingga malam hari aku tak menemukan pemberitahuan apapun atas namamu. Sempat aku berpikir kau terlalu sibuk hingga tak sempat membuka akun sosial mediamu itu, tapinya aku melihatmu di linimasa. Lalu kemudian, aku kembali berpikir positif lagi, mungkin kau tidak memasang notifikasi untuk pemberitahuan hari lahir teman-temanmu. Tapi sebenarnya, pikiranku yang terlalu baik itu bisa membunuhku pelan-pelan.
Aku bisa merasakan kecewa jika saja aku terus menerus berpikiran baik akanmu. Jadi, pagi ini kusimpulkan bahwa aku adalah angin lalu buatmu. Hanya terasa ada menghampirimu sesaat, lalu kemudian hilang tak terdengar lagi bisikannya. Aku,sebisa mungkin meyakinkan diriku untuk tidak berharap lebih atasmu. Dengan begitu, sepertinya aku tidak perlu kecewa lagi.
Tapi kemudian Edia, sore ini aku ambigu. Aku lalu memilih untuk terus kecewa. Karena, hanya kau saja yang bisa membangkitkan semua imaji dalam pikiranku. Karena hanya kaulah yang bisa kukirimi surat saat-saat sekarang ini. Kumohon kau tidak merasa keberatan atas semua kelancanganku ini.
Jika kemarin hari aku pernah mengatakan bahwa aku ingin berhenti menulis surat untukmu, hari ini aku mencabut kata-kata itu. Aku membutuhkanmu untuk tetap bisa menulis surat. Aku butuh kamu untuk menjadi inspirasiku dalam menulis. Jadi akan kubiarkan saja diri ini mengingatmu. Mencari-cari sedikit ingatan untuk dituangkan dalam bentuk aksara.
Aku ingin tetap menulis surat hingga akhir bulan ini. Dan aku ingin tetap menuliskannya untukmu. Meskipun, surat itu tidak akan pernah sampai sekalipun. Aku tak peduli lagi. Apakah nantinya kau akan membacanya atau tidak. Aku hanya menulis saja. Akan berakhir seperti apa tulisan-tulisanku ini nanti, aku tak ingin merisaukannya.
Salam,
Dari seorang teman berseragam merah putih.
PS : Ada banyak teman yang mengenalku dulu, dan merekapun tak menulis pesan apapun untukku. Jadi, jika kau membaca ini, jangan terlalu risau dan merasa bersalah.
Selasa, 17 Februari 2015
Kepada Biru Yang Menggenapkan
17 Februari 2015
Kepada biru, yang selalu kukagumi.
Langit,
Ini hari ke Sembilan Belas. Dan aku sudah kehabisan bahan untuk menulis surat. Aku sedang bosan menulis surat untuk dia. Selain itu, tak ada cinta yang sedang ingin kuungkapkan saat ini. Tak ada seseorang yang sedang sangat aku sukai hari ini. Tak ada rindu yang ingin segera kutuliskan di pagi ini. Dan aku tidak sedang menunggu siapapun.
Jika saja aku bisa, aku ingin memuja seseorang kapanpun aku mau. Misalkan saja, aku menemukan sebuah tulisan lalu kemudian menyukainya dan kemudian memujanya. Atau katakanlah, aku melihat sebuah karya lukisan lalu kemudian aku berambisi mengejar penciptanya. Sayangnya itu tidak akan bisa kulakukan. Siapalah aku ini. Tak panataslah terlalu banyak menghayalkan hal-hal yang memang di luar jangkauanku sendiri. Kesimpulannya, aku cukup sadar diri untuk tidak menjadi gila karena sebuah karya.
Ow..Sakitnya akan sampai di ulu hati saat memuja seseorang yang amat jauh lalu kemudian kita menyadari bahwa seseorang itu tak menghiraukannya sama sekali. Menghadapi hal sepele saja aku sudah kelelahan, apalagi jika harus menghadapi ketidakwarasanku karena seseorang yang kuagung-agungkan karyanya.
Jadi, kuputuskannlah menuliskan surat untukmu.
Langit.
Setdaknya aku tak perlu khawatir akan kecewa karena sebuah penolakan.
Aku, mencintaimu berpuluh bahkan ratusan kali seumur hidupku.
Aku, jatuh cinta berulang kali padamu di setiap harinya.
Aku menyukaimu yang tak bertepi. Aku menyukaimu yang menyimpan berjuta-juta cerita. Aku menyukaimu yang punya banyak warna. Meskipun, mungkin yang terlihat hanya biru.
Tapi, dimataku kau selalu punya biru yang berbeda di setiap waktunya.
Aku menyukai waktu spesialmu,yakni menjelang pergantian. Malam menuju siang dan siang menuju malam. Kau adalah sempurna dari bentuk keadilan. Kau sempurna membagi terang dan gelapnya dunia.
Aku menyukaimu, entah itu terik atau teduh, Entah itu malam atau siang. Entah itu kelabu atau biru. Entah itu berbintang atau hampa sekalipun. Apapun warnamu, aku menyukainya.
Terimakasih, telah menemaniku dalam banyak waktu.
Bahagia dan kecewaku. Penerimaan dan penolakan atasku. Keberhasilan dan kegagalanku.
Terimaksih, karena selalu berbagi cerita bersamaku.
Terimakasih, karena kau selalu menggenapkan semua rasa di setiap waktu. Bahagia, kecewa, keberhasilan dan kegagalanku. Kau selalu menggenapkannya dengan caramu sendiri.
Entah itu dengan gerimis, awan kelabu bahkan jingga yang cantik.
Aku tahu, surat ini mungkin tidak akan ada yang bisa mengantarkannya padamu. Tak mengapa. Tak semua surat harus sampai di tujuannya, bukan.
Mungkin, itu saja yang bisa kutuliskan. Lain waktu jika hatiku sudah mulai mencinta aku akan menceritakannya padamu.
Selamat berbagi kisah untuk yang lainnya.
Dari pengagummu.