Sabtu, 03 Oktober 2020

How Did I Meet You

(D-30)
Aku mencoba kembali ke hari itu. Saat pertama kali melihatmu di layar televisi—dalam sebuah acara ragam. Sayang sekali, aku tak ingat apapun. 

Kamu biasa saja dan mataku kala itu sudah terkunci pada sosok lain—yang jelas bukan kamu. Di punggungmu tak ada sayap, di kepalamu tak ada mahkota dan kamu hanyalah anak-anak waktu itu (sampai sekarang pun sebenarnya kamu tetap anak-anak dimataku). Kamu tidak bersinar dan aku belum pernah melihatmu tampil di atas panggung yang terang benderang. Jadi, bagaiamana mungkin seseorang yang biasa saja (kala itu menurut penilaianku) punya tempat khusus di kepalaku yang saban hari penuh itu?

Aku bukan orang yang mudah jatuh cinta dan kamu bukan seseorang yang suka tebar pesona. Perkara suka, butuh waktu yang panjang.

Seperi papan-papan iklan di sepanjang jalan, aku mengetahui keberadaanmu tapi tak peduli sebab tujuanku seseorang di ujung sana dan bukan baliho-baliho itu. 
Seperti toko obat diantara deretan apotek, keberadaanmu terlihat seragam dengan yang lainnya. Perkara suka, butuh pengenalan yang dalam dibumbui rasa penasaran. Hanya saja tak kutemukan alasan kenapa aku harus penasaran tentang kehidupanmu.

Begitulah semua bermula—tak ada yang istimewa. Tapi hidup memang demikian, kadang menyajikan hal biasa saja yang di kemudian hari menjanjikan kebahagiaan yang luar biasa besar.