Kamis, 26 Maret 2015

Kutunggu Jawabmu Di Kotak Surat

Seseorang yang merindu pastilah dia yang sering bertemu
Seseorang yang menyayangi pastilah dia yang saling memiliki Seseorang yang mencinta pastilah dia yang bersama 

Lalu tuanku, 

Sah-kah jika aku merindumu tanpa pernah bertemu? 

Sahk-kah  jika aku menyangmu tanpa pernah memilikimu? 

Lalu terakhit, sah-kah jika aku mencintaimu meski tak pernah bersama?  

Tuanku, Aku menunggu jawab darimu. 

Tidak sekarang,karena sekarang hari sudahlah malam 

Kau tulis saja jawabmu pada sebuah kertas lalu kemudian kau taruhlah di kotak surat esok pagi-pagi sekali.

Biarlah sekarang aku beristirahat dahulu. 

Biarkan gelap memeluku dan menyamarka semua ketidakwarasanku.

Senin, 23 Maret 2015

Aku Percaya Lalu Kemudian

Aku percaya semua akan baik-baik saja
Lalu kemudian masalah hadir dan aku kewalahn menyingkirkannya 

Aku percaya bahwa selalu ada jalan keluar. Lalu kemudian ketika aku sudah berjalan sangat jauh aku menemui jalan buntu 

Aku percaya bahwa hidup berputar seumpama roda. Lalu kemudian aku menyadari bagaimana roda itu berputar jika pedal sudah rusak 

Aku percaya bahwa  hari esok selalu memberi harapan langit cerah Lalu kemudian kulihat langit malam tak berbintang dan itu pertanda hujan

 Aku menemukan tujuanku dan berlari sekuat tenaga. Lalu kemudian satu kerikil membuatku jatuh tersungkur 

Aku menyerah karena nyeri. Lalu kemudian datang pertolongan yang membantuku berdiri dan berjalan tertatih 

Aku menemukan cara mewujurkan asa. Lalu kemudian keterbatasan datang silih berganti 

Aku percaya lalu kemudian aku berhenti percaya lalu kemudian percaya lagi lalu kemudian berhenti lagi 

Banyak dari sekelilingku berkata 'Bersabarlah'  

Sepertinya mereka sedang lupa 

Bersabar itu bukanlah perkara mudah dan sederhana


Sabtu, 21 Maret 2015

Kebodohanku Adalah Menunggumu

Hal paling sulit adalah melupakannu
Hal paling mudah tak lain adalah merindukanmu 

Dan apa yang lebih menyedihkan dari jatuh cinta diam-diam? 

Setiap detik aku tenggelam dalam rindu sendirian 

Ada banyak waktu yang kuhabiskan untuk memikirkan tentangmu 

Ada banyak kosakata cinta yang kukumpulkab karenamu  

Aku dalam sekian banyak waktu menunggu kau di banyak persimpangan 

Senantiasa berharap di satu waktu kau kemudian datang dan mengetuk pintu hatiku 

Aku menyimpan harapan itu dalam waktu yang tak sedikit 

Sementara aku menunggu, 

Kau datang ke banyak pintu dan merindu ke banyak hati 

Itu ironis bukan?

Aku terus menunggu untuk satu uluran tangan di banyak senja

Kau terus berkeliling tapi  sayang tak pernah sampai di hadapanku 

Setelah malam berlalu dan fajar muncul aku baru tersadar 

Betapa bodohnya aku yang terus menunggumu 

Seseorang yang mustahil menghampiriku 

Persetan dengan orang yang mengatakan ''everything is posible' 

Itu tak berlaku untuk perasaan 

Kau tidak akan pernah bisa sampai di hadapanku 

Karena persimpangan tempatku menunggu tak pernah kau lalui.


Kamis, 19 Maret 2015

Aku Berhenti Mengabaikanmu

Tuhan sedang mengujiku lagi 

Kali ini aku tak  ingin bertanya  mengapa

Biarlah jawaban menemuiku satu saat nanti

Tanpa pertu ada pertanyaan sebelumnya

Aku tidak akan mengeluhkan apapun untuk saat ini

Aku menerimanya.

Seperti seorang nelayan yang mematikan mesin perahu saat gelombang datang

Aku pun akan bersikap demikian.

Biar kuikuti gelombangnya

Tanpa pertanyaan dan tanpa penolakan.

Owh..Dear

Aku berhenti mengabaikaanmu sekarang

Pengabaianku selama ini tak membuahkan hasil

Semuanya semakin menjadi-jadi

Terlalu banyak masalah yang kuhadapi saat mengabaiakanmu.

Itulah sebab mengapa aku harus berhenti

Mungkin memang aku harus lebih peka

Aku akan berusaha untuk mengembalikan semuanya seperti semula

Meskipun itu tak akan  mudah.

Bagaiaman mungkin bisa terlihat murah,

Jika karenamu aku harus melepaskan hal yang kusukai

Berkutat dengan pena dan kertas.

Aku akan bersabar menunggu takdir yang akan membuat semuanya kembali menjadi baik-baik saja

Seperi di tiga ratus lima puluh lima  hari yang lalu.

Aku  berhenti mengabaiakanmu.

Kutegaskan itu sekali lagi.


*Kutulis untuk satu yang sangat berharaga. Satu dari sekian nikmat Tuhan yang membawaku menjelajah semesta.

Selasa, 17 Maret 2015

Berbahagia

Semuanya sedang tidak baik-baik saja Ibu.
Hari ini

Sama halnya seperti  langit yang tak bisa kubaca

Pun demikian dengan hariku 

Baik di awal tak melulu menjadi baik pula sampai akhir

Langit hari ini Ibu,

Terik di pagi lalu kemudian gerimis di sorenya

Pun dengan aku

Mungkin memang hari yang sempurna itu tak pernah ada

Yang ada hanyalah hari bahagia dan sebaliknya

Tapi ibu, 

Kemarin hari aku sudah berjanji pada diriku sendiri

Apapun yang terjadi di hari ini

Entah itu baik atau sebaliknya

Aku akan tetap menerimanya

Bahkan aku akan tetap tersenyum. 

Ya. Aku akan tetap tersenyum.

Tak peduli apakah aku merasa tersakiti. Atau hatiku sedang berkeluh kesah. 

Aku akan tetap tersenyum.

Tak ada nada ketus yang akan terucap saat jenuh melanda. 

Yang ada adalah jawaban yang di buat panjang

Setidaknya dengan begitu aku tidak perlu menggerutu di kemudiannya.

Ibu, terhitung kemarin hari

Aku sudah bertekad untuk terus bernahagia. 

Tak akan lagi kurisaukan hari esok yang belum tentu akan seperti apa.  

Ibu, terhitung hari kemarin aku sudah tak lagi ingin mempercayai khayalan

Yang tak pernah jujur. 

Aku hanya ingin berbahgai bersama waktu 'sekarang'  

Aku berbahagia untuk diriku sendiri

 Ibu, aku sudah berhenti berbahagia larena apa atau siapa 

Aku lelah mengatakan

 ''Aku bahagia jika kalian bahagia"

''Aku berhenti menjadikan kalian sebagai tujuanku'"

Sungguh. 

Terhirung hari itu Ibu 

Aku hanya punya satu tujuan 

Membuat diriku sendiri tersenyum dan berbahagia 

Tak peduli apakah aku sedang merasa sakit entah itu fisik maupun hati 

Aku ingin tetap tersenyum bersama tawa dan tangisku 

Tak peduli apakah ada yang memujiku atau mencelaku. 

Aku akan tetap bahagia bersama pujian dan makian.

Tak peduli apakah sekelilingku mengasihaniaku atau peduli padaku. 

Aku akan berbahagia bersama simpati dan rasa iba. 

Ibu,

Aku akan terus tersenyum dan berbaahagia Bukan karena apa atau siapa.


Rabu, 04 Maret 2015

Waktu Seolah Berhenti Detik Itu

Hasil gambar untuk WAKTU

Bisakah kita bertemu sore ini?”
“Ada yang ingin kubicarakan denganmu, penting! Penting sekali!”
“Aku tunggu jam lima sore di tempat biasa”

Aku baru sempat membaca pesan itu sepuluh menit yang lalu. Sekarang jam ditanganku sudah menunjukan pukul 17.05. Dan aku masih terjebak kemacetan jalanan kota ini.
“Semoga saja dia masih menungguku, Tuhan” rapalku dalam hati.

“Aku, baru membaca pesanmu. Sekarang sedang dalam perjalanan. Pasti terlambat. Kalau kau tidak bisa menungguku kau bisa pulang”. Tulisku di BBM.
“Aku akan menunggu. “ balasnya kemudian.

Kutengok langit diatasku. Awan kelabu masih emnggantung disana. Sisa hujan tadi pagi. Senja yang harusnya indah tak kan ada sore ini.

Mengapa hari ini dia mengajakku bertemu?
 Apakah ini kabar  baik atau sebaliknya Tuhan?
 Aku sedikit gelisah dalam perjalanan ini.

Jam 17.45 aku tiba di tempatnya menunggu. Ekor mataku mencari-cari keberadaanya setelah pintu kafe kudorong.
“Ah, itu dia. Aku menemukannya!!” segera aku berjalan kearahnya.
“Maaf nunggu lama,”
Dia tersenyum, “ aku maafin. Sudah kupesankan segelas cokelat panas tadi untukmu. Sebentar  lagi mungkin datang.”
Aku tersenyum dan kemudian duduk di di hadapannya.

Entah kenapa, aku melihat rona bahagia dimatanya petang ini. Berbanding terbalik dengan langit yang kulihat tadi.

Kau sibuk sekali hari ini?” tanyanya membuka sepuluh menit keheningan yangn sempat tercipta.
“Kurang lebih begitu. Hari ini salah seorang rekan kerja dikantorku mendadak sakit dan tidak masuk kantor. Aku diperintahkan untuk mengambil alih  semua pekerjaannya hari ini.”
“Pasti kau sangat lelah, mungkin tak sehahrusnya aku mengajakmu bertemu.”
Aku mengambil nafas panjang sejenak sebelum obrolan kami selanjutnya.
“Aku selalu punya waktu untuk menemuimu, kau jangan lupa aku pernah mengatakan itu berulang kali.”
“Kau selalu baik padaku Ra, tapi aku selalu saja tak bisa membalas kebaikanmu.”
“Kau ini, seperti baru mengenalku saja Akasa. Kita bersahabat sudah sejak lama. Sejak kapan aku bersikap baik padamu untuk sebuah balasan.”
“Omong-omong, kau mengajaku bertemu untuk apa? Sampai-sampai kau bilang ini penting sekali.”

Dia tertegun sejenak. Kemudian  samar terdengar  dia menggumam.
“Ada hal penting yang harus kusampaikan padama Ra,”
“Tentang perasaanku. Aku sudah menimbang-nimbangnya dan mengambil sebuah keputusan.”
Detak jantungku seketika menjadi lebih cepat. Aku mengepalkan telapak tanganku untuk menahan getaran emosiku sendiri. Aku sudah lama ingin mendengat kalimat itu terucap dari bibirnya.
“Aku sudah memutuskannya tadi pagi.”
“Itulah kenapa aku mengajakmu bertemu sore ini..”
Ucapannya terhenti, dia mulai mengetuk-ngetukan jarinya di meja. Aku menjadi bertambah gugup sekarang.
“Aku bingung harus memulainya dari mana Ra.”
“ Jadi begini, Ra. Kuharap kau tidak kecewa pada apa yang akan kukatakan padamu selnjutnya.”
Aku mengangguk. “Aku sudah siap untuk mendengarkannya.”
“Sebenarnya, ada seseorang yang sedang aku inginkan. Sudah lama sekali.  Jauh sebelum kau mengatakan perasaanmu padamu hari itu. Sebulan yang lalu.”
Tubuhku melemas seketika. Ini bukan kabar baik seperti harapanku di detik sebelumnya. Tapi aku tak boleh menunjukan kekecewaanku dihadapannya. Aku tersenyum tipis.
“Tadi pagi aku mengatakan semuanya padanya. Semua perasaanku. Dan kau tahu apa yang dia katakan Ra?”
Aku menggeleng. Sekuat hati aku menyiapakan telingaku untuk mendengar kelanjuatan ceritanya.
“Dia mengatakan ‘aku juga merasakan hal yang sama denganmu’.”
“Ah...Ra, kalau saja kau ada saat dia mengatakan itu padaku, kau akan melihat wajahku yang memucat pagi tadi. Kalau saja sejak lama aku tahu itu, aku mungkin tidak akan terus menunggu selama ini.”
“Aku harap kau ikut bahagia mendengar cerita ini daiku Ra.”
“Aku yakin, kau juga senang mendengarnya. Kau mengerti aku  lebih dari siapapun.”
Matanya menerawang jauh.Aku jelas melihat matanya yang berbahagia.
“Tentu saja aku senang mendengarnya.” Jawabku bohong setelah jeda beberapa detik.
“Aku selalu berbahagia jika kau bahagia.” Kali ini pun bohong.
“Terimaksih banyak. “ lanjutnyasambil menggenggam tanganku.
“Kau benar-benar sahabat terbaikku. Dan maaf. Karena waktu itu ku sampai harus megatakan persaaanmu padaku. Aku sempat ragu menceritakn semuanya hari ii padamu. Aku takut kau merasa sakit hati  lalu membenciku. Tapi aku tak melihatnya barusan. Kau tamapak sama sepertiku, kau tampak merasa bahagia.”
“Ah.. Tanganmu dingin sekali.”
Segera kutarik tanganku dari genggamannya.
“Mungkin karena pendingin di ruangan ini. Dan juga di luar memang tadi sedikit gerimis.” Ujarku mengarang-ngarang.
“Begitu ya.”
“Ya. Sebaiknya aku pulang sekarang, sebelum hypotermia diisni. “ ujarku sambil tersenyum.
Dia mengangguk tanda setuju. “Padahal akau masih ingin mengobrol banyak. Tapi tak apalah. Kau esepertinya memang kelelahan. Mau kuantar pualnag sekalian?’
“Tidak perlu, kau juga pasti kelelahan hari ini. Dan juga, jika kau antar pulang aku dengan motormu itu bisa-bisa mati dijalan karena kedinginan. Aku pulang naik Taxi saja.”
Dia menganggukan kepalanya.
“Hati-hati di jalan, kalo sudah sampai rumah kabarin ya Ra,”
Kuanggukan kepalaku dan melambaikan tangan padanya.

Aku sudah tak bisa menahan lagi air mataku saat aku berbalik dan berjalan meninggalkannya sore itu.

Akasa..Apakah aku nampak bahagia di depanmu tadi???!! Jeritku dalam hati.

Dan seketika  detik itu waktu seoalah-olah berhenti. Yang lain berlarian dan aku hanya mematung seorang diri.

*TAMAT*

Selasa, 03 Maret 2015

Surat Untuk Tuan (Mr.Plesir)



 

Hai, Arai
(Aku lebih suka memanggilmu demikian, meskipun aku sudah tahu nama kau sebenarnya)

Aku tahu sekarang, apa yang membuat tampangmu kusut kemarin hari.Wajahmu,nampak seperti pakaian kering yang lupa di setrika hari itu. Penyebabnya, sederhana.Ini hanya kesimpualanku saja ya, mohon dibenarkan jika salah.

Kenyataan yang ada di hadapanmu tak sesuia harapanmu. Dari awal kau sudah menargetkan 25 orang untuk Trip yang kau buat kali ini. Tapi ternyata, sehari sebelum keberangkatan kau hanya bisa menggerakan hati delapan orang saja. Harusnya sepuluh bukan, hnaya saja satu dari dua orang itu mengalami insiden kecelakaan, dan kemudian dia dan temannya membatalkan rencananya pergi bersama denganmu di detik-detik terakhir. Jika yang kau harapkan 25 orang lalu kemudian yang datang hanya 8 orang, itu berarti kau kehilangan 60 persen. Angka yang tidak sedikit. Kau kecewa, aku melihatnya sangat jelas di raut wajahmu hari itu. Aku bisa menghitung-hitung sendiri berapa besaran rupiah yang harus kau lepaskan saat kenyataan tak sesuai harapanmu hari itu.
(Untuk urusan rupiah, aku selalu cepat menyimpulkan)

Tap hei.. Arai
Selalu ada maksud Tuhan yang tak pernah bisa dimengerti oleh kita di awal kisah.Tak semua hal bisa kita mengerti di dunia ini. Bahkan untuk hal remeh temeh macam 'mengapa Tuhan menciptakan kecoak' di dunia ini.
Kalem saja, dan kisah akan berakhir bahagia. Seperti semua kisah yang kita dengar lewat sebuah dongeng pengantar tidur.

Kau, telah ckup lama bergelut didunia ini, jadi pasti kau paham dengan pasti apa yang akan kau temui dalam perjalanannya.Manis dan pahitnya, tentu sudah kau cecap berkali-kali. Sampai-sampai kau mungkin sudah kebas. Tak mengenali lagi apa bedanya rasa manis dan pahit di lidahmu. Semuanya menjadi tampak samar. Abu-abu.

Hei Temqan, pernahhkah kau mendengar atau membaca kalimat ini,
'Ketika satu pintu tertutup, maka pintu yang lainnya akan segera terbuka.'

Ketika kebahagiaan kecil tak bisa kau dapatkan dengan segera, mungkin kau harus sedikit bersabar. Siapa tahu, tahu siapa. Tuhan sedang mengumpulkannya untuk kemudian diberikn padamu di kemudian hari. Tuhan itu Maha Romantis, percaya atau tidak.

Omong-omong, aku menemukan blogmu di bulan Januari lalu. Di akhir bulan Januari lebih tepatnya.Aku menemukan kalian (karena blog ini dikelola lebih dari satu orang) disaat aku sedang mencari bahan untuk menulis sebuah artikel perjalanan wisata di sebuah blog. www.pegipegi.com . Itu nama blognya. Dan temanya kali itu adalah Ecotourism. Aku sedang mencari informasi tentang penambang belerang kawah Ijen, dan disitulah pertama kali aku menemukan tentang Trip yang kalian buat di awal bulan Maret ini. Sampai hari ini, pengumuman pemenangnya belum dikeluarkan, katanya lusa tanggal 5 baru akan diumumkan. Aku sendiri, tak terlalu berharap banyak keluar sebagai pemenangnya.
(da aku mah apa atuh?)

Aku selalu mempercayai satu hal Arai, Tidak ada yang namanya 'KEBETULAN' di muka bumi ini.Kata seseorang yang kukagumi karya tulisnya, 'bahkan sehelai daun kering pun sudah Tuhan atur kapan waktunya dia harus jatuh ke permukaan tanah'. Jika hal sesederhana itu saja Tuhan atur, apalagi dengan pertemuan banyak manusia. Aku tidak tahu pasti, apa yang Tuhan telah siapkan dengan mempertemukan kami (Rombonganmu hari itu) dengan kau. Tapi sekali lagi, percayalah bahwa itu baik.

Untukku sendiri, pertemuan dengan kalian (kau dan rombongan) sudah jelas maksud dan tujuannya. Aku sudah merasakannya hari ini. Apa itu?
Sederhana saja. Sebuah cerita.

"Yupsi!!".
Aku punya banyak cerita yang bisa kutuliskan dengan segera setelah perjalanan seharian itu. Ada banyak kataku, tidak hanya satu,


PS: Omong-omong, aku ini sedang berusaha menjadi penulis, jadi maklumi saja jika terlalu banyak kalimat yang ditulis terlalu berlebihan. Atu bahkan, postoingan ini sendiripun mungkin akan sangat berlebihan dimatamu.

Episode Trip Tiga Pulau (Bag 1)



langit yang tampak saat kami berangkat
Pagi ini, awan kelabu enggan beranjak dari langit di kota kami. Padahal di hari-hari sebelumnya dia tak pernah nampak sama sekali. Februari memang baru saja berlalu, tapi sepertinya musim penghujan belum berniat meninggalkan kota ini.

gambar diambil di pulau onrust

Tapi perjalanan harus tetap dilakukan. Kami harus tetap berangkat. Menuju tiga pulau di pinggiran ibukota. Pulau Onrust, Pulau Cipir juga Pulau Kelor.

Kami berdelapan dan satu guide dari www.misterplesir.com baru bisa berangkat menuju perahu di jam sembilan pagi. Padahal di awal rencana perjalanan, Arai (guide kami yang kemudian belakangan kuketahui nama aslinya Hilmawan ) berkoar-koar kami harus tiba paling lambat jam delapan pagi di Muara Kamal. Tapi, jam pemberangkatan molor satu jam. Mungkin itu karena ada dua orang dirombongan ini yang berasal dari Bekasi (konon katanya, planet ini berjarak sangat jauh dari bumi. Letaknya berdekatan dengan Matahari).*

Perjalanan hari itu,memberiku banyak pengalaman pertama.
Untuk pertama kalinya, aku menyebrangi lautan dengan sebuah perahu. Sebuah alat transportasi yang tersusun dari bilahan-bilahan kayu, yang entah disambung dengan menggunkan apa.
(omong-omong, sebelumnya di tujuh belas tahun yang lalu aku sering menyebrang di selat sunda dengan menggunakan kapal Feri, yang tentunya lebih besar dan lebih aman untuk mengarungi lauatan lepas)

Ada banyak pengalaman yang pertama lainnya, trip bareng www.misterplesir.com , menghirup udara kampung nelayan, mencium aroma ikan yang sudah berbaur dengan tumpukan limbah rumah tangga, melihat kesibukan nelayan pagi hari.


Apa yang paling menyenangkan dari traveling?
Jawabannya proses menujunya.
Tak ada hal yang lebih mengesankan dari itu.
Di tiga puluh menit menuju pulau pertama kami Onrust, menjadi perjalanan paling menegangkan. Kami berpapasan dengan gelombang yang tidak kecil namun tak begitu besar juga. Perahu ynag kami tumpangi, seringkali bergoyang hebat (mungklin lagi dangdutan, he..he..). Dan puncaknya adalah ketika kami hampir mendekati Pula Cipir ( yang kemudian batal kami singgahi). Kami bertemu dengan gelombang yang lumayana membuat semua penumpang menahan nafas sepersekian detik. Sampai-sampai pengemudi perahu harus mematikan mesinnya.
‘Disitu kadang saya merasa takut”
 
“Horay!!!!!”
Dapet ilmu baru. Ternyata saat berjumpa dengan gelombang ditengah lautan, hal yang paling benar dilakukan adalah mematikan mesin perahu lalu kemudian biarkan gelombang itu sedikit bermesraan dengan perahu kita. Biarkan yang kuat yang menguasai. Tak ada yng bisa melawan kekuatan alam.

Jreng...Jreng...Jreng...
Inilah pulau tujuan kita,
Pulau Onrust..



Buat yang suka ketinggian, meniti tangga-tangga ini bisa dilakukan. Hanya perlu sedikit berhati-hati jika gerimis turun. Tangganya basah, meskipun tidak licin. Cobalah lawan ketakutanmu, jika fobia ketinggian. Selamat mencoba!!


Langit mendung tak mengurangi kebahagiaan kami. Gerimis menjadi pengantar yang manis di pulau hari itu. Deburan ombak di tepian sedikit membuat kami waspada karena tidak sedang ingin berbasah-basahan. Dan di Trip ini, kami. Aku dan seorang temanku bertemu dengan orang-orang asing yang kemudian menjadi teman perjalanan yang menyenangkan. Itulah kenpa kalian, siapapun yang membaca ini harus sekali-kali mencoba melakukan perjalanan lewat agen traveling. Akan ada temana baru yang akan selalu kita jumpai disana.








Dari perjalananku hari itu.aku, masih mempunyai satu pertanyaan yang belum terjawab sampai hari ini.
‘Bagaiman caranya para nelayan itu menancapkan bambu di lautan lepas?’

Semoga lekas ada yang bisa menjelaskannya.




PS : Terimakasih untuk Arai yang telah dengan ikhlas mau kami suruh-suruh mengambil potret kami. Omong-omong, kami sempat ketakutan ketika kau berdebat dengan pengemudi perahu. Kau tampak seperti ibu-ibu yang membeli satu kilogeram tomat yang kemudian ketika dibuka ternyata banyak yang sudah busuk.

*) Omong-omong tentang bekasi, jangan ada yang marah ya,