langit yang tampak saat kami berangkat
Pagi ini, awan kelabu enggan beranjak dari langit di kota kami. Padahal di hari-hari sebelumnya dia tak pernah nampak sama sekali. Februari memang baru saja berlalu, tapi sepertinya musim penghujan belum berniat meninggalkan kota ini.
gambar diambil di pulau onrust
Tapi perjalanan harus tetap dilakukan. Kami harus tetap
berangkat. Menuju tiga pulau di pinggiran ibukota. Pulau Onrust, Pulau Cipir
juga Pulau Kelor.
Kami berdelapan dan satu guide dari www.misterplesir.com baru bisa berangkat
menuju perahu di jam sembilan pagi. Padahal di awal rencana perjalanan, Arai
(guide kami yang kemudian belakangan kuketahui nama aslinya Hilmawan )
berkoar-koar kami harus tiba paling lambat jam delapan pagi di Muara Kamal.
Tapi, jam pemberangkatan molor satu jam. Mungkin itu karena ada dua orang
dirombongan ini yang berasal dari Bekasi (konon katanya, planet ini berjarak
sangat jauh dari bumi. Letaknya berdekatan dengan Matahari).*
Perjalanan
hari itu,memberiku banyak pengalaman pertama.
Untuk
pertama kalinya, aku menyebrangi lautan dengan sebuah perahu. Sebuah alat
transportasi yang tersusun dari bilahan-bilahan kayu, yang entah disambung dengan
menggunkan apa.
(omong-omong,
sebelumnya di tujuh belas tahun yang lalu aku sering menyebrang di selat sunda
dengan menggunakan kapal Feri, yang tentunya lebih besar dan lebih aman untuk
mengarungi lauatan lepas)
Ada banyak pengalaman yang pertama lainnya, trip bareng www.misterplesir.com , menghirup udara kampung nelayan, mencium aroma ikan yang sudah berbaur dengan tumpukan limbah rumah tangga, melihat kesibukan nelayan pagi hari.
Apa yang
paling menyenangkan dari traveling?
Jawabannya
proses menujunya.
Tak ada hal
yang lebih mengesankan dari itu.
Di tiga
puluh menit menuju pulau pertama kami Onrust, menjadi perjalanan paling
menegangkan. Kami berpapasan dengan gelombang yang tidak kecil namun tak begitu
besar juga. Perahu ynag kami tumpangi, seringkali bergoyang hebat (mungklin
lagi dangdutan, he..he..). Dan puncaknya adalah ketika kami hampir mendekati
Pula Cipir ( yang kemudian batal kami singgahi). Kami bertemu dengan gelombang
yang lumayana membuat semua penumpang menahan nafas sepersekian detik.
Sampai-sampai pengemudi perahu harus mematikan mesinnya.
‘Disitu
kadang saya merasa takut”
“Horay!!!!!”
Dapet ilmu
baru. Ternyata saat berjumpa dengan gelombang ditengah lautan, hal yang paling
benar dilakukan adalah mematikan mesin perahu lalu kemudian biarkan gelombang
itu sedikit bermesraan dengan perahu kita. Biarkan yang kuat yang menguasai.
Tak ada yng bisa melawan kekuatan alam.
Jreng...Jreng...Jreng...
Inilah pulau
tujuan kita,
Pulau Onrust..
Pulau Onrust..
Buat yang suka ketinggian, meniti tangga-tangga ini bisa dilakukan. Hanya perlu sedikit berhati-hati jika gerimis turun. Tangganya basah, meskipun tidak licin. Cobalah lawan ketakutanmu, jika fobia ketinggian. Selamat mencoba!!
Langit mendung tak mengurangi kebahagiaan kami. Gerimis menjadi pengantar yang manis di pulau hari itu. Deburan ombak di tepian sedikit membuat kami waspada karena tidak sedang ingin berbasah-basahan. Dan di Trip ini, kami. Aku dan seorang temanku bertemu dengan orang-orang asing yang kemudian menjadi teman perjalanan yang menyenangkan. Itulah kenpa kalian, siapapun yang membaca ini harus sekali-kali mencoba melakukan perjalanan lewat agen traveling. Akan ada temana baru yang akan selalu kita jumpai disana.
Dari perjalananku hari itu.aku, masih mempunyai satu pertanyaan yang belum terjawab sampai hari ini.
‘Bagaiman caranya para nelayan itu menancapkan bambu di lautan lepas?’
Semoga lekas ada yang bisa menjelaskannya.
PS : Terimakasih untuk Arai yang telah dengan ikhlas mau kami suruh-suruh mengambil potret kami. Omong-omong, kami sempat ketakutan ketika kau berdebat dengan pengemudi perahu. Kau tampak seperti ibu-ibu yang membeli satu kilogeram tomat yang kemudian ketika dibuka ternyata banyak yang sudah busuk.
*) Omong-omong tentang bekasi, jangan ada yang marah ya,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar