Jumat, 15 Januari 2016

Malam Perayaan

Suara terompet yang saling bersahut-sahutan.
Kembang api yang menyala silih berganti.
Ini malam pergantian tahun.
Perayaan baru saja akan dimulai.
Ramai-ramai berbondong-bondong menuju keramaian.
Rusuh ingin sampai cepat di tujuan
Klakson berbunyi tak sabaran.

Aku benci sebuah perayaan juga segala bentuk keramaian
Berdesakan tak sabaran mengadu sikut satu sama lain.
Alhasil disinilah sekarang aku berada.
Di pojokan kamar berebahan.
Tak satu malam pergantian pun aku pernah lewati di luaran
Mengunjungi keramaian seperti yang lainnya

Tapi ini malam berbeda.
Bukan hanya sekedar tak suka.
Aku tak bisa keluar.
Benar-benar tak bisa keluar.
Terkunci di dalam sebuah rumah.
Untuk sebuah pekerjaan.
'Pembantu'
Ini pekerjaan benar-benar merenggut kebebasanku.
Sepenuhnya.
Tak ada perjalanan, sebulan penuh hanya berpeluh di dam rumah.
Lalu kenapa bertahan?
Mungkin itu yang akan orang lain pertanyakan.

Jika aku bisa pergi, maka aku akan pergi sesegera mungkin.
Hanya saja kata itu menjadi terlihat rumit sekarang ini.
Tidak bisa pergi secepatnya.
Tak bisa meski aku hampir gila.
Satu dua akan datang merongrong.
Memohon untuk uang.
Lantas bagaiamana aku bisa enyah jika uang terus saja jadi alasan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar