Kamis, 15 Januari 2015

Skenario



Ini buklan postingan tentang bagaiamna cara membuat skenario, karena aku buta akan hal ini. Hanya sebuah judul yang muncul atas sebuah perenuangan. Begini ceritanya,

Salah satu hal yang paling sering kulakujkan adalah menonton televisi. Aku menyukai layar kaca itu dari dulu dan masih seperti itu sampai sekarang. Hanya orientasi program saja yang berbeda.

Dan satu tahun belakangna ini, aku menyukai serial  drama korea yang ditayangkan di salah satu stasiun TV swasta. Karena sifatku yang tidak sabaran untuk menunggu tayangan per-episodenya, aku terbiasa membaca sinopsis yang memang bisanya bertebaran di banyak laman bloger. 

Baru-baru ini, aku sedang menggandrungi serial TV  yang berasal dari India. Mahabarata, Ramyanan, Jodha Akbar. Untuk kisah Mahabarata dan Ramayana, aku sudah mengetahui ending dari ceritanya,karena merupakan kisah pewayangan yang terkenal. Dan untuk Jodha Akbar, aku buta tentang kisah satu ini. Tak pernah mendengarnya, apalagi membacanya.

Membaca. Itu sudah jadi kebisaanku. Kesenanganku. Dan tentang kesenangan membaca sinopsis drama, itu juga terjadi padaku saat ini. Saat sedang berlangsungnya drama serial Jodha Akbar. Pada awalnya, aku hany membaca kisah singkatnya saja, tapi kemudian baru-baru ini aku menemukan bloger yang menulis sinopsis lengkapnya per episode. Sebuah penemuan yang menyenangkan. Awalnya.

Kenapa demikian?
Karena tadi malam aku baru menyadarinya, saat aku sudah membaca sinopsisnya aku menjadi tahu keseluruhan ceritanya. Dan aku mengetahuinya, bukan karena menontonnya. Aku mengetahui kejadian per kejadiannya lewat membaca. Kupikir menyenangkan, ketika aku tahu apa yang akan ditayangkan televisi hari ini, besok dan sepekan mendatang. Sayangnya tidak. Aku kehilangan rasa. 

Sebelum membaca sinopsisnya, aku selalu menantikan jam tayang serial ini. Menunggu dengan sabar setiap harinya. Berharap siang cepat berganti malam. Seperti orang yang sdang jatuh cinta. Ingin selalu cepat-cepat berjumpa. Saat serial ditayangkan, aku memperhatikannya dengan cermat, plotnya, akting pemerannya.  Dan disaat aku beranjak tidur, aku akan mengingat, apa yang aku lihat di episode malam ini, dan menerka-nerka apa yang akan ditayangkan esok hari. Ada sebuah rasa yang tak bisa kugambarkan untuk sebuah penantian dua puluh empat jam.

Tadi malam, aku kehilangan rasa yang pernah kumiliki, kehilangan rasa ingin menikmati plot ceritanya, aktingnya.Kehilangan sensasi menerka-nerka tayangan besok malam. Detik itu, aku mmenyadari satu hal. 'Aku kehilangan kesenangan menikmati tayangan, menikmati cerita, dan menikmati sensasi imajinasiku.' Karena satu hal, terlalu rajin membaca.

Kehilangan rasa tersebut membawaku pada sebuah perenungan. Apa yang akan terjadi jika saja aku mengetahui semua skenario yang Tuhan tuliskan untukku. Apa jadinya, jika aku mengetahui kejadian-kejadian pa saja yang akan kulewati esok hari. Akhir seperti apakah  yang kudapat di penghujung ajalaku. Selintas mungkin seperti hal menyenangkan, Tapi jika direnungkan lebih dalam, tidak.

Apa menyenangkannya mengetahui masa depan?
Saat kita tahu, bahkan hapal mati masa depan kita seperti apa, kita akan kehilangan satu kegiatan menyenangkan. Berimajinasi. Kita kehialangan rasa yang hadir saat kita berangan tentang hari esok. Tentang pertemuan dengan teman hidup. Kita tak kan punya impian. Karenna kita memang sudah tahu, akan seperti apa hari esok itu, Tak kan ada imajinasi liar tentang masa depan. Tak  kan ada angan-angan tentang pertemuan kembali dengan cinta pertama. Tak bisa menerka-nerka pria seperti apakah yang akan membuat kita jatuh cinta esok hari. 

Membosankan bukan, jika masa depan itu diketahui di hari ini.

Jadi, aku lebih menyukai jadi seseorang yang hanya tahu tentang masa lalu. Bukan masa depan. Karena aku ingin tetap berimaji dengan masa depanku. Tentang pertemuan-pertemuan yang menyenagkan. Tentang jodoh yang sudah dipersiapkan. Tentang keluarga dimasa depan. Aku menikamati kegitan menerka-nerka semuanya. Jika toh, nantinya tak sesuai yang diangankan  tak kan jadi masalah. Karena bahagia bukan berasal dari apa yang kita dapatkan. Bahagia itu, ada di dalam hati, dan semuanya tentang penerimaan.

Terimakasih,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar