Senin, 12 Januari 2015

Teman Yang Menyenangkan


'Seorang teman, buatku adalah dia yang apabila bersamanya aku tak menyadari matahari yang sudah beranjak dari terik ke senja. '

Waktu mempertemukan kami di penghujung tahun 2009. Aku dan dia dari kelas yang berbeda. Tak saling mengenal satu dan lainnya meskipun sekolah di tempat yang sama. Awalnya. 

Barulah di awal tahun pelajaran kelas XII kami bertemu.

Semua pertemanan, berawal dari sebuah pesamaan. Apapun bentuknya. Begitu juga dengan kami, Ketika itu, kami menjalankan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di sebuah lembaga yang sama. Perum PERHUTANI Bandung. Karena lokasinya yang memang di luar kota mengharuskan kami untuk mencari tempat tinggal sementara, jadilah kami memutuskan untuk tinggal bersama di tempat yang sama. Berbagi atap bersama. Dengan satu dan lain alasan. Itulah awal mula kami mulai mengenal satu sama lain. 

Sebenarnya, bukan hanya aku dan dia. Kami berempat.  Mulanya.
Tapi, waktu dan impian masing-masing memisahkan kami semua setelah kelulusan sekolah menengah. 

Aku dan dia, dipertemukan kembali dalam situasi yang kurang lebih sama.
Saat ini kami tinggal di kota yang sama. Itulah yang membuat kami bertemu baru-baru ini.

Dan apa yang lebih menyenangkan dari bertemu kawan lama?
Saat semua cerita mengalir dengan lancarnya dari mulut kami.
Bahkan saat diam pun, itu akan terasa seumpama percakapan.
Menyenangkan.
Kami seperti tak pernah kehabisan percakapan.
Bahkan disaat semua cerita pribadi telah di perdengarkan, kami masih punya bahan percakapan.
'Seorang gadis bergaun merah dan lelakinya'
Adalah diskusi kami yang panjang di sebuah tempat wista sejarah di tengah kota Jakarta. 
Mata kami, sama-sama tertarik pada objek baru itu. 
'Gadis bergaun merah'
Satu objek, yang membawa kami pada percakapan lain-lainnya.

Ada banyak objek yang kami amati dan diskusikan sepanjang siang itu. 
Balon-balon yang disewakan.
Manusia patung yang tak lagi laku.
Naruto yang 'cameot'.
Masha yang kelewat aneh.
Foto prewdding.
Bayi bule yang naik odong-odong.
Cireng isi yang sulit ditemukan penjualanya.

Aku dan dia. Kami.
Bukan lah orang yang biasa saling mengirimi pesan satu sama lain. Tak berinteraksi rutin dalam sosial media apapun, Hanya akan saling menghubungi jika memang ada hal yang penting untuk di ceritakan.
Seperti itulah penjabaranku tentang pertemanan kami.

Aku dan dia. Kami.
Tak secara khusus memiliki hobi yang sama.
Tak juga mengidolakan satu tokoh yang sama.
Tak ada buku favorit yang sama.
Tidak pula punya  selera fashion yang sama.

Hal yang menghubungkan kami dalam pertemanan ini,
Melewati tiga tahun sekolah menengah di tempat yang sama.
Berasal dari daerah yang sama.
Pernah tiga bulan tinggal bersama.

Dan mungkin hal terakhirlah yang membuat kami dekat. Karena alasan pertama dan kedua bisa gugur. Sama halnya dengan nasib perkawananku dengan yang lainnya. Tergerus waktu.

Aku, memiliki teman diluar dia.
Dia pun sama demikian.
Hanya saja, kami tak pernah saling berkonflik.
Lebih tepatnya, aku tak pernah sekalipun berselisih paham dengannya selayaknya dua sahabatnya yang mulai menjauh darinya.

Itu bukanlah kelebihanku. Karena pada dasarnya aku orang yang 'flat'.
Tak terlalu ambil pusing pada hal-hal yang dilakukan orang lain.

Etik, begitu nama pendeknya. 
Kepanjangannya, aku lupa.
(bisa disimpulkan, teman macam apa aku ini)

Aku ingin menjulukinya 'Perempuan yang jatuh dihati yang sama berulang-ulang'
Dan lagu yang tepat untuk menggambarka dirinya 'Berhenti di kamu'.

Terimakasih, telah mau menjadi temanku.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar