Minggu, 18 Januari 2015

Surat Untuk Ayah



Selamat pagi,
Mungkin surat ini tak akan pernah sampai kepadamu. Tapi aku tetap ingin menuliskannya.

Kudengar kau sedang sakit, Penyakit asam uratmu kambuh. Semoga Tuahan cepat memberimu kesembuhan.

Ayah,
Aku tak mengenalmu dengan baik, kecuali sifatmu yag terkadang seperti seorang 'ibu-ibu' ketika mengeluh. Aku membenci sifatmu yang satu itu. Ketika kau mengeluhkan banyak hal,kesakitan, kegagalan, kebodohan. Aku tak pernah menyukai sifatmu itu. Sayangnya, aku harus terbiasa dengan kebiasaanmu yang satu itu.

Aku kesal sekali padamu di akhir tahun ini, ketika kau memutuskan sendiri untuk kembali ke Ciamis. Aku menghargai keinginanmu untuk mengurus sendiri sepetak sawah keluarga kita. Semuanya baik-baik saja, sampai suatu hari kau mengeluhkan penyakit di kakimu dan berhenti mencangkul. Mungkin kau tidak tahu, sebelumnya aku pernah bercakap-cakap dengan ibuku jika saja nanti kau berkeinginan untuk pulang tolong mencegahnya. Bukannya aku jahat dengan tidak membiarkanmu pulang. Hanya saja jika dipertimbangan dengan matang, keinginanku beralasan. Uang yang kau gunakan untuk  ongkos pulang bisa kau kirimkan untuk biaya membajak sepetak sawah itu. Tak perlulah pulang, karena semuanya akan baik-baik saja.

Kau, selalu membiarkan dirimu berada dalam kesulitan. Tak mengapa jika kau selesaikan semuanya sendiri. Tapi, kenyataannya, saat kau kesulitan akulah yang jadi tamengnya dan bertugas membereskan semua kekacauannya. Aku bukannya tidak suka, hanya saja jika memang tidak harus bertemu kesulitan kenapa pula kau membiarkan dirimu bertemu dengannya.

Sesungguhnya aku lelah, melihat sifatmu yang seperti yoyo. Cepat sekali berubah,ini hari kau berjanji manis dan lusanya kau mengeluh lagi. Tak sanggup dengan tugas yang kau emban.

Tolonglah aku, sekali-kali cobalah untuk berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Tak baik jika terlalu terburu-buru mengambil keputusan. Berpikir memang mengulur waktumu, tapi setidaknya kesulitan yang akan kau temui jauh lebih sedikit. Aku ini anak perempuan, terkadang aku mengeluhkan bebanku di keluarga kita. Aku seperti anak pertama padahal aku anak kedua dan kakaku laki-laki. Sebentar lagi usiaku akan menginjak dua puluh tiga tahun. Ingatkah kau, di usia yang sama anak laki-laki pertamamu, anak sulung di keluargamu telah melepaskan tanggung jawabnya sebagai kakak dan sebagai anak demi seorang wanita. Dan lihatlah aku sekarang, bahkan untuk sekedar mengejar impianku melanjutkan studi kuliahku saja aku harus berpikir berulang kali hingga akhirnya menyerah pada kenyataan yang ada.

Aku tahu betul, jika pengorbanan yang telah kau lakukan untukku jauh lebih besar dari yang kulakukan sekarang. Aku tidak akan pernah bisa menandinginya. hanya saja, perlu aku ingatkan. Ketika kau melakukan sebuah pengorbanan untuk anakmu ini, aku tak pernah menyia-nyiakannya. Aku menjadi sebaik-baiknya anak. Aku memberimu sebuah kebanggan sebagai ayah yang beruntung. Kini aku ingin kau melakukan hal yang sama, tolong buatlah pengorbananku ini tak sia-sia. Tolong bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Dulu ketika sekolah, aku tak pernah berhenti belajar hanya karena aku tak mampu membeli modul. Aku tak pernah bolos sekolah hanya karena sepatuku yang sudah rusak. Itu semu kulakuakan karena aku memahami kesulitan ekonomi keluarga kita. Dan aku tak mengeluhkannya. Apakah kau pernah mendengarku merengek meminta dibeliakna  HP, tidak bukan. Bahkan, sepotong baju pun aku tak pernah dengan sengaja memintamu untuk membelikannya jiak kau tak mampu.

Aku, berusaha menjadi seorang anak yang baik. Setidaknya melakukan hal-hal baik yang tak pernah kakaku lakuakan. Tapi apa yang kau lakukan, kau memujikau di hari ini lantas lusanya kau menuntutku memberikan lebih. Aku tak pernah menganggap uang yang kukirimkan setiap bulan itu adalah utang, tapi setidaknya mohon jangan biarkan aku mengurus masalah ekonomi keluarga ini sendirian. tolong bantu aku. Mari kita bersama-sama mencukupi kebutuhan kita semua.

Aku minta maaf, jika aku lancang karena menuliskan ini semua.
Semoga Tuhan memberimu umur panjang dan senantiasa memberikanmu kesehatan

Terimakasih,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar