Wae Rebo
Sebuah kampung adat yang
terletak di atas pegunungan dengan ketinggian 1200 meter dpl di kabupaten
Manggarai Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Di sana hanya terdapat 7 buah rumah
adat. Tak pernah bertambah ataupun berkurang dari dulu hingga sekarang.
Itulah kenapa, saya ingin sekali
melakukan perjalanan kesana. Dari tempat duduk saya sekarang, saya sudah bisa
membayangkan seperti apa rasanya menginap di kampung ini untuk beberapa hari. Meskipun
memang, perjalanan kesana tak kan mudah.
Untuk sampai disana kita bisa
memesan tiket pesawat tujuan Jakarta-Labuan Bajo. Sebelum melakukan perjalanan
yang jauh dan memakan waktu yang tidak sebentar dari Labuan Bajo ke Wae Rebo, alangkah baiknya jika
kita melepas lelah selama satu malam di sebuah hotel di Labuan Bajo terlebih dahulu. Sambil
beristirahat di hotel,kita bisa mencari informasi yang sebanyak banyaknya
tentang tempat tujuan kita melalui blog. Karena informasi yang banyak bisa
membantu kita untuk mengenal terlebih dahulu tujuan kita. Blog akan membantu
kita mendapatkan informasi tentang kebiasaan dari warga setempat.
Segala keindahan harus
diperjuangkan bukan?
Jadi tak akan masalah seberapa
jarak yang harus ditempuh untuk menuju kesana,
juga medan yang harus di tempuh seberat apapaun itu.
Pengorbanan dalam bentuk apapun,
akan terbayar lunas jika sudah menginjakan kaki di tempat ini.
Kenapa harus ke Wae Rebo?
1.
Wae Rebo adalah
Indonesa
Yup, Wae Rebo adalah Indonesia.
Kekayaan adat dan budaya asli Indonesia
salah satunya disini. Bahkan yang lebih membuat saya haru, yang pertama kali
mengenalkan Wae Rebo ke mata dunia adalah turis asing. Sebagai orang asli
Indonesia , bagaimana mungkin kita malah mengenal kekayaan adat dan budaya kita
justru dari turis mancanegara?
Jadi, belum mengenal Indonesia
jika belum pernah ke Wae Rebo.
2.
Adat dan kebudayaan
Wae Rebo akan menunjukan kepada
kita, bagaimana sebuah adat dan budaya itu dijunjung tinggi dan dipertahankan
keberadaannya. Itulah kenapa, di Wae Rebo hanya ada terdapat 7 buah rumah adat.
Tak pernah bertambah, meskipun populasi terus bertambah. Dari sini kita bisa
melihat, seberapa keras masyarakat setempat tidak merubah sedikitpun apa yang
sudah diamantkan leluhurnya kepada mereka. Memasuki kampung ini, kita akan
merasa seperti memasuki lorong waktu dan menginjakan kaki di masa lampau.
Datang kesini , akan membuat kita jauh lebih mencintai negeri ini. Negeri
dengan beragam bahasa dan budaya. Kita akan belajar tentang bagaiman menghormati
leluhur dan memahami sejarah.
3.
Pola Hidup sederhana
Berternak dan bercocok tanam
adalah mata pencaharian kebanyakan masyarakat kampung Wae Rebo. Banyak dari
kita, hanya tahu makan saja lalu kemudian berkomentar tentang rasanya. Tanpa
pernah tahu, sebenarnya proses apa yang telah dilalui si makanan tersebut
samapai bisa tersaji di meja kita. Dan Wae Rebo, akan mengajarkan kita tentang
bagaimana cara menghargai makanan. Proses-proses yang dilewati dari mulai
menebar benih dan kemudian merwatnya hingga panen adalah bentuk kesabaran yang
sebenar-benarnya.
4.
Kebersamaan dan keharmonisan
Bagaimana masyarakat Wae Rebo menyajikan kebersaman dan
keharmonisan?
Mudah saja,dengan hanya
didirikan 7 buah rumah adat. Leluhur mereka, membuat konsep yang sangat brilian
untuk hal ini. Pembatasan pembuatan rumah membuat masyrakatnya tetap menjadi
satu dan utuh. Hidup dalam kebersamaan dan gotong royong. Berbagi kebahagiaan dan kesedihan sama besarnya.
5.
Semangat Juang
Semangat juang yang tinggi sudah
diajarkan disni sedari kecil. Bisa dibayangkan sendiri, anak berusia tujuh
tahun harus berpisah dari orang tuanya untuk dapat bersekolah. Bagaimana mereka
menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk seusia mereka ketika ingin bertemu
dengan orangtuanya. Itulah hal menakjubkan dari anak-anak Wae Rebo.
Jika saya, beruntung mendapatkan
kesempatan mengunjungi tempat ini bersama @amrazing, maka akan sangat
menyenangkan sekali. Menikmati secangkir kopi hitam di pagi berkabut Wae
Rebo adalah hal menakjubkan yang saya impikan. Secangkir kopi yang diambil dari
ladang dan disangrai sendiri. Secangkir kopi untuk sebuah obrolan hangat di
tengah dinginnya Wae Rebo.
Dan lagi-lagi, saya ingin
membawa misi pendidikan ketempat ini. Berbagi buku cerita bersama anak-anak Wae
Rebo. Pejuang-pejuang cilik kita. Membaca dongeng bersama, dan juga berbagi
mimpi bersama. Anak-anak butuh sosok seperti @amrazing. Seorang manusia yang
tumbuh bersama mimpi-mimpinya.
Jadi,kapan saya bisa berangkat ke Wae
Rebo?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar