Sabtu, 13 Februari 2016

Bahagiaku Sederhana

Surat Kelimabelas
Hari Ke-15

Kepada
Negeriku. Indonesia

Negeriku. Indonesia.
Aku bahagia bersamamu. Dengan semua baik juga burukmu. Tak peduli lainnya berucap kau menyebalkan. Kau kotor. Kau dikorup. Tak peduli celaan datang dan pergi. Aku tetap merasa bahagia karenamu. Jadi bagian di kehidupanku.

Negeriku. Indonesia
Kau rumahku. Tak ada tempat yang lebih nyaman untuk ditinggali selainmu. Mungkin bagi beberapa orang kau selayaknya rumah yang harusnya ditinggal pergi. Tapi tidak bagiku. Aku tak pernah sekalipun beranjak darimu. Bahkan mengelilingimu saja aku belum lakukan. Tapi tetap itu tak mengurangi rasa bahagiaku.
Aku merasa bahagia karenamu.

Negeriku. Indonesia
Aku tidak ingin berucap latah 'aku mencintaimu'. Aku hanya bisa berucap 'aku bahagia karenamu jadi bagian hidupku'.
Kata cinta terlalu berat untuk kukatakan padamu. Aku belum bisa menjadi apapun untukmu. Aku hanya bisa memanfaatkanmu saja. Tanahmu. Airmu. Hutanmu. Sungaimu. Aku hanya mengambil keuntungan darinya.

Negeriku. Indonesia.
Aku bahagia menjadi bagianmu. Aku menyukaimu. Meski aku tak secara utuh mengenalmu. Sejarah-mu. Pulau-mu. Laut-mu. Gunung-mu. Lembah-mu. Sungai-mu. Teluk-mu. Pantai-mu.
Terlalu banyak yang belum kukenali. Sejauh ini aku hanya mengenali sepetak sawah, sebidang kebun, sungai kecil, gubuk reyot dan orang-orang di dusun kecil. Tapi aku bahagia. Sama bahagianya dengan mereka yang berjalan mengelilingimu.

Negeriku. Indonesia.
Aku bahagia menjadi bagiamu. Rasa yang sederhana yang hadir saat kumakan ubi yang kugali dari tanahmu juga air yang kuteguk  dari sungaimu. Lewat itulah bahagiaku datang. Sesederhana itu alasanku.

Jakarta, 14 Februari 2016
Dari seorang warga negara yang hanya tahu cara jadi benalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar