Rabu, 03 Februari 2016

Maaf Terlambat Berterimakasih

Surat Keempat
Hari Ke-4

Kepada
Kakaku

Kakaku,
Aku berharap kau selalu dalam keadaan baik-baik saja. Meskipun keadaan yang sebenarnya buruk sekalipun katakanlah bahwa kau baik-baik saja (bukankah seperti itu kita?).

Kakaku,
Ada banyak lembaran kertas yang kutulis atas namamu. Dan semuanya tak lebih dari ungkapan kekecewaan, amarah juga kebencian.
Tapi kali ini, aku sedang tidak ingin membawa perasaan itu semua. Ini adalah bulan cinta. Dan aku bertugas menulis surat cinta. Selain cinta, sedang tak kuijinkan menyentuh kepalaku.

Kakakku,
Terimakasih untuk banyak hal baik yang kau tularkan padaku. Cinta, kasih, kesukaan, nilai-nilai. Aku belajar mencintai buku darimu. Aku belajar mencintai lagu darimu. Aku belajar menjadi seorang kakak darimu pula.
Awal mula aku menyukai buku bacaan adalah karenamu. Kau yang rajin meminjam buku di perpustakaan menularkannya padaku.
Aku masih membaca hingga saat ini. Bagaimana denganmu? (akh, kau pasti sudah tak punya lagi waktu untuk membaca karena letih bekerja).

Kakaku,
Terimakasih karena sudah mengajaku pergi ke surau setiap malamnya, lantas berbagi ilmu denganku. Mungkin dalam banyak kesempatan aku menjadi lebih unggul darimu, tapi aku tetaplah seorang adik dan kau kakak.
Kau dengan senang hati mengantar aku pulang sampai depan pintu rumah saat aku tak punya teman pulang dari surau dan kau hendak menginap di pondok.
Terimakasih karena menjagaku dengan baik.

Kakaku,
Terimakasih karena telah bantak datang di setiap aku berkata 'tolong'.

Kakaku,
Maaf. Karena seringnya aku lupa akan hal-hal baik yang telah kau berikan padaku .
Maaf. Karena seringnya aku menyalahkanmu atas banyak rasa sakitku.
Maaf. Karena seringnya aku menggerutu karena harus menggantikan posisimu menjadi
orang yang pertama dimintai tolong oleh bapak akhir-akhir ini.
Maaf. Karena seringnya aku mengabaikanmu juga keluarga barumu.
Maaf. Karena aku begitu acuh padamu dan keluarga barumu.
Maaf. Karena aku tidak pernah menjadi adik yang baik.
Sungguh aku minta maaf untuk banyak kealfaan yang kulakukan atas nama keegoisan.

Kakaku,
Maaf.Maaf. Maaf.
Untuk banyak kesalahan yang tak terungkapkan entah itu lewat ucap atau tulisan.

Sungguh, acapkali aku lupa. Kau yang menjadikan aku pribadi yang sekuat sekarang ini.
Maaf. Karena terlambat berterimakasih.

Jakarta, 03 Februari 2016
Adikmu yang dulu berbagi sekeping uang logam bergambar bunga melati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar