Rabu, 18 Februari 2015

Menunggumu Berbasa-basi

Hasil gambar untuk kotak surat

Selamat sore, Edia

Sejujurnya saja, kemarin hari aku menunggumu menuliskan sebuah kalimat basa-basi di dinding Facebook atau di massanger-ku. Aku pikir, sebagai orang yang pernah mengenalku, kau bisa sedikit beramah tamah di hari pertambahan usiaku. Mengirimkan satu dua kata ucapan selamat seperti segelintir temanku.

Sayangnya, hingga malam hari aku tak menemukan pemberitahuan apapun atas namamu. Sempat aku berpikir kau terlalu sibuk hingga tak sempat membuka akun sosial mediamu itu, tapinya aku melihatmu di linimasa. Lalu kemudian, aku kembali berpikir positif lagi, mungkin kau tidak memasang notifikasi untuk pemberitahuan hari lahir teman-temanmu. Tapi sebenarnya, pikiranku yang terlalu baik itu bisa membunuhku pelan-pelan.

Aku bisa merasakan kecewa jika saja aku terus menerus berpikiran baik akanmu. Jadi, pagi ini kusimpulkan bahwa aku adalah angin lalu buatmu. Hanya terasa ada menghampirimu sesaat, lalu kemudian hilang tak terdengar lagi bisikannya. Aku,sebisa mungkin meyakinkan diriku untuk tidak berharap lebih atasmu. Dengan begitu, sepertinya aku tidak perlu kecewa lagi.

Tapi kemudian Edia, sore ini aku ambigu. Aku lalu memilih untuk  terus kecewa. Karena, hanya kau saja yang bisa membangkitkan semua imaji dalam pikiranku. Karena hanya kaulah yang bisa kukirimi surat saat-saat sekarang ini. Kumohon kau tidak merasa keberatan atas semua kelancanganku ini.

Jika kemarin hari aku pernah mengatakan bahwa aku ingin berhenti menulis surat untukmu, hari ini aku mencabut kata-kata itu. Aku membutuhkanmu untuk tetap bisa menulis surat. Aku butuh kamu untuk menjadi inspirasiku dalam menulis. Jadi akan kubiarkan saja diri ini mengingatmu. Mencari-cari sedikit ingatan untuk dituangkan dalam bentuk aksara.

Aku ingin tetap menulis surat hingga akhir bulan ini. Dan aku ingin tetap menuliskannya untukmu. Meskipun, surat itu tidak akan pernah sampai sekalipun. Aku tak peduli lagi. Apakah nantinya kau akan membacanya atau tidak. Aku hanya menulis saja. Akan berakhir seperti apa tulisan-tulisanku ini nanti, aku tak ingin merisaukannya.

Salam,
Dari seorang teman berseragam merah putih.

PS :  Ada banyak teman yang mengenalku dulu, dan merekapun tak menulis pesan apapun untukku. Jadi, jika kau membaca ini, jangan terlalu risau dan merasa bersalah.

2 komentar: