Jumat, 27 Februari 2015

Surat Terakhir

Kepada Edia 

Sore ini, aku akan menulis surat terakhir untukmu,
Aku tidak akan menyebutnya surat perpisahan, karena hanya aku saja yang memulainya. Sebuah akhiran tanpa awalan. Aku menyebutnya demikian.

Hari ini, aku benar-benar akan melepaskan semua ingatan tentangmi. Aku tak ingin lagi berharap banyak darimu dan waktu. 

Aku, tidak bisa menulis terlalu banyak sore ini. Aku sedang sangat kelelahan. Lelah sekali. 

Tahukah kau Edia, aku mengawali surat untukmu karena sebuah bukul dari Raditya Dika. Lalu kemudian, surat terakhir ini, pun karena buku Raditya Dika juga. Karyanya, menyadarkanku di waktu yang berbeda. Hari pertama dan hari ini. Jika dulu, aku menulis surat untukmu terinspirasi dari bukinya yang berjudul 'Marmut Merah Jambu', maka kali ini buku terbarunya yang membantuku menulis surat ini. Koala Kumal. Di bab terakhir, Raditya Dika menceritakan tentang seekor Koala yang mendapati rumahnya telah berbeda dari yang diaa kenali sebelumnya. Entah kenapa, aku juga menjadi merasa seperti Koala itu. Aku sudah tak mengenali lagi Kau. Kau mungkin orang yang sama, tapi sepertinya berbeda dari yang kutahu dulu. 

Sepertinya itu saja yang ingin kuungkapkan padamu di hari ini. Entah kau akan membacanya atau tidak. Aku sudah tak peduli lagi sama sekali. Semuanya sudah selesai, meskipun aku tahu hanya aku yang mengawalinya. 


Salam,
Teman berseragam merah putih


1 komentar: