Senin, 16 Februari 2015

Surat Kepada Daun



Kepada daun-daun yang kering lalu kemudian berguguran,

Mungkin sesamaku akan menganggapku gila karena surat ini, Meraka benar. aku memang gila. Dan yang lebih parah lagi, akulah yang menyebabkan diriku sendiri menjadi tidak waras.

Hai, bolehkah aku bertanya padamu. 
Seperti apakah rasanya dihempaskan angin, lalu kemudian jatuh dan membusuk bersama tanah?

Matahari memberikanmu pengharapan, lalu kemudian dia merenggut kebahagiaan prngharapanmu itu.

Kami. Manusia. Memujamu saat masih bersama sebatang pohon karena meneduhkan, lalu kemudian menginjakmu saat kau sudah jatuh dan terserak bersama tanah. Bahkan ada diantara kami yang tidak hanya puas dengan menginjakmu, kami membakarmu. Kau setara sampah.

Tapi, apa yang terjadi selanjutnya setelah terhempas ke tanah. Itu membuatku sangat heran. 
Kau membusuk bersama tanah, kemudian menumbuhkan yang lainnya. Kau memberi pengharapan hidup pada banyak pohon yang di kmudian hari ranting yang menopang teman-teman sesamamu itu melepaskan  satu demi satu  dan menjadikan mereka bernasib sama sepertimu. Terhempas lalu membusuk bersama tanah.

Sebenarnya, aku sendiripun tidak tahu, apakah daun yang bergelayut manja di ranting pohon itu temanmu atau kau yang bereinkarnasi,

Berapa usiamu saat kau dihempaskan angin?
hari, bulan , tahun?

Pernahkah sekali dua kali kau merasa sangat lelah menjalani kehidupanmu,
Lahir- Tumbuh - Kering - Terhempas - Membusuk - Menumbuhkan.

Berapa waktu yang kau punya untuk menjalani semua rentetan siklus diatas?

Sejujurnya saja, aku iri pada kau yang bisa menerima semua siklusmu. Perputaranmu. Aku ingin menjadi seperi kau, yang bisa merelakan dirimu sendiri membusuk untuk munculnya kehidupan baru.
Sayangnya, itu teramat sulit.

Sekali dua kali, mungkin aku akan menghampirimu dan belajar 'penerimaan hidup'  darimu. Tapi aku tidak menjanjikan bahwa semua yang kau ajarkan akan benar-benar kulakukan. Aku punya kepala, iu rumit sekali. Kuharap kau tahu hal itu.


Salam,
Dari teman yang sekali dua kali memperhatikanmu.

3 komentar:

  1. daun gitu ya, rela pada siklusnya. apa ada daun yg memberontak? haha, tak seperti manusia ya

    BalasHapus